3/08/2013

Fokus

Kemaren berbincang dengan seorang kakak, tentang anak spesial. Melihat  perilakuku sekarang yang sering membuka tab banyak sekaligus. Aku bercermin pada perilaku anak-anak tersebut. Mirip? 
Jangan-jangan waktu kecil dulu aku hiperaktif. Namun tersalurkan. Bayangkan saja sekolahku cukup jauh sekitar 2 km. Hanya naik sepeda, jalanan mendaki. Pagi berangkat sekolah siang pulang. kemudian bada Ashar kembali ke sekolah. Itu kulakukan Senin hingga Jum'at. Lelah? Tidak. Selalu ada semangat melakukan hal itu. 
Kadang masih membantu Abah memberi makan ayam broiler mengganti air minum hewan itu dengan pompa tangan hingga telapak tanganku kapalan atau sampai terkelupas. Karena Abah mendadak sibuk beliau menjadi anggota DPRD (jangan bayangkan punya gaji yang banyak jaman itu). Aih semua kulakukan dengan senang.  Aku tak  tahu semua yang  dilakukan akan dibalas Allah, yang aku tahu   membantu orang tua adalah kewajiban anak. 

Ketika kuliah aku masih belum sadar tentang kekuranganku,  tak bisa fokus. Buktinya kuliah dua bidang yang berbeda dengan jarak kampus yang lumayan. Untung disisi lain aku masih punya komitmen untuk menyelesaikan walau lama. 
Dari sekian keterbatasanku,  tidak fokus membuat lambat dalam menyelesaikan suatu hal, namun mengayakan hidup. Sekali lagi aku belajar tentang kekurangan justru melebihkan dalam kehidupan karena kemudian aku belajar menulis, sayang masih saja tidak fokus menjadi momok sehingga tak satu bukupun selesai.

Ketika aku berkeluarga, mencoba memperbaiki sikap hidup. Aku berusaha fokus pada anak-anak. Aku tahu betapa sulit seorang ibu bekerja membagi waktu antara pekerjaan dan anak-anaknya. Salut pada  ibu-ibu yang bisa membagi waktu. Ketika  harus fokus pada anak-anak aku berhenti bekerja. Akan ada saatnya anak-anak tak lekat secara kuantitas dengan emaknya. 
Aku merasa beruntung ketika sekarang mulai bekerja lagi dengan jarak tempuh ke tempat pekerjaanku hanya beberapa menit dan pekerjaan mendukung passion.

***

Menurutku bila ada orang disekitarmu tak bisa fokus, tolonglah. Barangkali itu kekurangan yang tidak ia sadari padahal sebenarnya  punya potensi. 
Bersabar untuk mengenali kekurangan dan kemudian memperbaikinya adalah satu langkah maju. Tak berusaha mengenali kekurangan dan malas memperbaiki adalah langkah stag.