9/23/2015

Adaptasi di Pesantren 2

Setelah beberapa hari yang lalu anak saya bawa ke psikolog ada perkembangan yang progress. Ia sudah mulai bergabung dengan teman. Saat diajak kembali ke pesantren tidak ada penolakan. Hanya ada penawaran waktu. Semestinya diantar malam ia minta diantar pagi.

Saya memetakan masalah adaptasi anak sebagai berikut.
1. Anak belum siap menghadapi rutinitas pesantren.
2. Belum siap mandiri seperti mencuci pakaian dalam, kaos kaki.
3. Belum siap merawat diri seperti membersihkan dan merapikan tempat tidur, menata pakaian di lemari.
4. Masih bingung dengan siapa pengganti orang tua selama di pesantren.

Masih hitungan hari saya bertemu kembali dengan psikolog Seni Sinaga.  Pertemuan tersebut membahas hasil konsultasi anak dengan ibu Seni. Alhamdulillah ada titik terang. Ibu Seni menyarankan saya dan keluarga mengkondisikan kebiasaan pesantren apabila anak sedang liburan di rumah. Olah raga seperti bulutangkis, berenang atau memanah selama di pesantren. Punya buku harian tempat untuk curhat dan mengeluarkan uneg-uneg.

Selalu ada jalan bila kita mengupayakan dan berdoa. Ada doa yang menurut saya sangat menolong. Doa itu adalah memohon pada Allah agar anak diberi hidayah.

9/18/2015

Adaptasi di Pesantren

Sudah sebulan ini anak saya belum tune in di tempat ia belajar. Sebuah pesantren di Cibinong.
Akhirnya atas saran atasan, saya memilih psikolog Seni Sinaga di Klinik Kancil untuk berkonsultasi. Sebuah klinik psikologi untuk tumbuh kembang anak, masalah remaja dan keluarga.
Awalnya saya masuk ke ruangan ibu Seni. Menceritakan kronologis masalah anak. Kemudian anak saya sendiri masuk ke ruangan. Sekitar 1-2 jam, ia menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Selesai sesi itu, diajak bicara bu Seni tanpa anak.
Saya tidak menyangka masalah adaptasi adalah sesuatu yang besar bagi dirinya. Mengubah kebiasaan dari rumah. Dari yang cuma lipat tangan, kipas-kipas, semua keperluannya beres jadi harus dikerjakan sendiri.
Rupanya persiapan tiga tahun sebelum masuk pesantren baru sisi kognitifnya saja yang saya siapkan. Untuk kemandiriannya belum.
Pola kehidupan pesantren yang teratur plus ketat dan porsi belajar yang banyak,  membuat anak harus ekstra energi untuk beradaptasi. Perlu effort yang besar untuk berdiri tegak di lingkungan yang baru.
Masalah adaptasi juga mengenal karakter teman. Saya baru ngeh ada anak seperti anak saya pada masa adaptasi ia mengamati terlebih dahulu. Timbul kesan ia menyendiri. Anak-anak seperti ini kata ibu Seni banyak. Ada juga anak pada masa orientasi langsung bisa gabung dengan teman.
Ada juga yang  kebablasan bentuknya seperti mem-bully teman. Kata anak pertama saya yang pernah pesantren memang ada saja teman yang berperilaku seperti itu. Lama kelamaan ia akan malu sendiri. Ya seiring pemahamannya tentang bab menyayangi teman tuntas.
Anak yang suka mengganggu teman justru jadi tanda tanya. Ia berbuat demikian kurang perhatian. Malah perlu konsultasi ke BP atau psikolog kalau tindakannya sudah tidak bisa ditoleran. Saya percaya pihak  pesantren sudah mempunyai trik menghadapi anak seperti ini.
Tugas saya sebagai ibu yang mendapatkan paket anak mengalami trauma mencari jalan keluar agar ia bisa bangkit. Mengajarinya menyalurkan uneg-uneg agar tidak histeris karena bingung ketika mendapatkan masalah. Versi anak saya kesurupan. Analisa psikolog ia mengalami histeris.
Hari ini saya bisa bersyukur upaya mendampingi anak dalam menghadapi masalahnya bisa terbantu oleh orang yang mempunyai ilmu. Tentang senyum-senyum sendiri yang dipandang aneh temannya. Bagi kami biasa karena ia suka membaca dan menonton yang lucu-lucu. Hal yang biasa bagi kami belum tentu lumrah bagi orang/ anak lain.
Hal itu diamini bu Seni. Anak saya dalam kondisi berimajinasi. Karena waktu kecil ia terlambat bicara kemudian ia juga merasa bentuk tulisan tangan jelek/ada fase perkembangan motorik halusnya tidak terpenuhi. Makanya ia minder menuangkan. Bahkan ketika disuruh menggambar awalnya ia tidak mau.. Akhirnya ia memilih verbal untuk mengungkapkan imajinasinya. Ya betul ia sering melucu di rumah. Waktu TK saat sudah bisa bicara bukannya saya mendongeng/bercerita tetapi ia yang bercerita. Solusi diberikan buku diary agar ia menuangkan imajinasinya.
Kangen sekali dengan keceriannya. Kangen dengan cerita lucunya. Mudahan ia  mampu mengatasi persoalan-persoalan pribadinya dan segera bisa  beradaptasi.
Allah mengkaruniai manusia dengan tameng sabar syukur ikhlas terhadap masalah. Semoga anak dan teman-temannya solid. Untuk dikatakan kuat bukan dengan cara melemahkan orang lain tetapi  dengan cara mengkuatkan orang lain. Itu yang saya dapat tentang mem-bully.

9/13/2015

Hati Yang Lentur

Siapa yang tahu letaknya hati? Di jantungkah, di lever, di otak di serabut-serabut saraf. Saya tidak pernah belajar psikologi dan ilmu kedokteran ataupun ilmu kebatinan, jadi saya tidak tahu. Tetapi saya merasa hari ini menemukan kata-kata baru dengan hati. Eurika. Tanpa perlu  mengetahui letak hati.

Untuk sementara nyaman dalam menghadapi hidup. Hati yang lentur. Saya kira hati yang seperti batulah akan tahan  menghadapi cobaan. Oh tidak semakin   keras hati semakin besar penolakan terhadap masalah dan  hancur bila salah mensikapi. 

Pernah melihat kapten melar yang bisa memanjang? Seperti itukah hati kita bentuknya agar nyaman dalam masalah. Hati menjadi panjang. Sabar yang melar.  Ditimpuk masalah oke-oke saja. Selalu ada opsi dan siap menanggung akibatnya. 

Tidak ada yang remuk. Tidak ada putus asa. Selalu mencoba mencari jalan keluar. Kalaupun toh buntu bisa cari jalan lagi kan. Terus menerus hingga batas waktu  yang ditentukan  Allah. 

Lalu mengapa dipusingkan dengan penolakan, ejekan, dan candaan yang tidak kau terima. Untuk anakku yang sedang berjuang menegakkan benang basah. Coy, tahu tidak dikira kau batu karang, baja. Yoiii. Punya hati yang lentur saja ya nak, saat kau tidak bisa menerima sesuatu. Saat kau beradaptasi pada lingkungan yang baru. Kami selalu memelukmu dalam doa.

9/12/2015

Visit Asuransi Astra

Sudah lama tidak cek email padahal HP sering tidak jauh dari badan.  Ups ada undangan dari Asuransi Astra. Dalam rangka ulang tahun yang ke 59. Perusahaan ini mengundang komunitas, blogger, dan jurnalis. Undangan hari Jum'at sore pukul 15.00, 11 September 2015. Bertempat di gedung Asuransi Astra di jalan Simatupang kav 15 Jakarta Selatan.

Rundown acara pertama adalah menjelajah kantor. Pertama di Garda Center bagian penerimaan klaim asuransi. Kedua bagian Garda Center. Ini ujung tombak. Bagiannya inbound, out bound, dan QA.bagian  Inbound ini menerima aduan by phone. Outbound dibagian sosial media. 

Ruang lain yang menarik adalah ruang cooling down. bila agen ada problem masuk ke ruang ini. Tidak mudah  menerima bermacam-macam aduan klien. Perlu kondisi mental yang prima selain badan yang sehat tentu. Ruang bertema dengan wallpaper bernuasa pantai ini membawa efek menenangkan. Kerja rasa liburan terus menerus.
Ada ruang locker. Seperti kebanyakan call center Hp diletakkan di lemari besi tersebut. Widih selama 9 jam tidak pegang HP. Zaman sekarang. Itu demi nasabah mereka rela tidak pegang HP. 

9/03/2015

Mengajak Berbuat Baik

Di rumah,  bada Ashar, terdengar suara kecil, lantang, penuh semangat  memanggil nama anak saya.
"Ayo kita ngaji." Sayang yang dipanggil lagi tidur. Jarang sekali ia tidur siang. 

Oh rupanya seminggu ini anak saya rajin berangkat ngaji karena ada yang mengajak.  Bocah laki-laki tujuh tahun itu sering meminta saya menyiapkan baju ngaji di meja, apabila bila saya pergi siang hari. 


Rasanya sejuk bila melihat iklim ini. Yup sejak kecil sudah mau mengingatkan pada kebaikan. Terima kasih teman adek.

Coba lihat apa yang terjadi pada orang dewasa  bukannya mengajak pada kebaikan, mengkritik membangun malah main hater-hateran. Hi hi bahasa apa itu. Tidak kenal sama seseorang, malah tidak pernah melakukan kesalahan pada hater tersebut. Eh bencinya minta ampun.

Pernah lihat di TV seorang artis sampai mau memejahijaukan karena urusan itu. Apa budaya kita sudah terkontaminasi dengan budaya lain ya. Sopan santun kita luntur.

Makhrifatullah

Zaman kuliah dua kali pindah liqo. Dua-duanya diawal pertemuan membahas Makhrifatullah. Isinya berkisar mengenal Allah, sifat-sifat Allah dan masih banyak lagi. Itu yang lengket dalam otak tanpa harus membuka catatan. Aplikasinya dalam kehidupan, naik turun.

Usia semakin senja beberapa situasi harus dihadapi. Pasang surut gelombang kehidupan. Masalah baik dari eksternal  dan internal diri datang silih berganti.

Pagi ini, again, merasakan bahwa bila  masalah ditolak bukan dihadapi menyebabkan lelah fisik dan psikis. Sebaliknya diterima diserahkan pada Allah, berdoa, tahu sifat Allah senang pada hambanya yang berdoa dan  ikhtiar. Datang dulu pada Allah kemudian cari solusi
Alhamdulillah dapat pemecahannya.


Edisi mencari card reader yang terselip. Closed. Bersyukur pada hal yang kecil membuat hari bersemangat.