1/31/2014

Inspirasi dan Motivasi Wanita Modern

Tulisan ketiga 
Tulisan ketiga ini ketinggalan kereta untuk ikut diperlombakan Namun sayang kalau hanya disimpan dalam coretan.


Jangan menulis kata Merry Riana yang penting action. He he terpakai atau tidak karena memang saya pelupa jadi saya tulis saja dan foto. Action saya memang menulis. Siapa tahu saya bisa berbagi di blog saya.
 Ini yang kedua kalinya saya menghadiri acara yang pembicaranya Merry Riana. Pertama saya tidak sempat menulis tetapi perkataan Merry terekam di kepala saya. Apalagi saat galau dengan masalah ekomoni. Seorang Merry bisa berhasil bangkit padahal banyak peristiwa pahit yang dialaminya. Kadang itu menyemangati saya untuk berjuang. Walau kemampuan saya tidak seperti Merry paling tidak dalam hidup saya bisa bertahan dan tidak putus asa dalam hidup.
Ada tiga hal besar yang dibagikan oleh Merry dalam acara Wirausaha Muda Mandiri di
1.       Vision
Berani bermimpi besar dare to big dream. Dengan cara mengubah cara berpikir dan mempersiapkan fisik. Merry mengatakan,” Yang bisa mengubah diri adalah diri orang itu sendiri.”
Mimpi Merry adalah mimpi sejuta dollar. Sebelum mimpi itu terujud banyak hal yang dialaminya. Ia menceritakan bagaimana perjalanan hidupnya. Ia tumbuh pada keluarga sederhana yang tidak mungkin sekolah keluar negeri. Pada saat peritiwa 1998, orang tua Merry mengirimnya ke Singapura. Dengan bea siswa yang ada ia bertahan hidup. Dengan kehidupan yang demian ia bertekat sebelum ulang tahun 30 tahun harus mempunyai kebebasan finansial. Ia bosan hidup susah oleh karena itu harus sukses. Ia berbagi resep untuk menulis mimpi sebelum tidur.

2.       Action
Merry menunjukkan foto meja sebuah cafe ada  berbagai makanan yang tersaji. Dalam hidup seperti memilih makanan dalam cafetaria tersebut. Arahnya kemana? Seriuslah dalam menjalani pilihan itu. Apa yang membuat seseorang serius? Kekuatan hati dan berani berjuang.

3.       Passion
Ketika seseorang mengejar passionnya maka banyak yang akan diperolehnya. Bila hanya yang dikejar hanya uang maka ketika ia tidak menemukan hal itu maka akan berhenti. Dalam passion ada hasrat, cinta dan keberanian melangkah.

Cintailah proses dalam perjuangan meraih mimpi qoute yang saya senangi dalam pertemuan kali ini.

 
Antri book signing 

Idealisme vs Pasar Film Indonesia - Strategi dan Tantangan Bisnis ke Depan

Tulisan kedua

BLOG COMPETITION #WMExpo2014



Rasanya rugi sekali mengapa saya tidak bertanya pada para pemenang technopreneur dan para pebisnis yang ikut expo. Mereka pasti orang-orang yang  menang dalam hidupnya. Berhasil meujudkan ide dan mimpi. Walau saya bukan pebisnis pastilah nilai-nilai bisnis mereka dapat diserap. Walau rada gelo disatu sisi, sisi lain mimpi bertemu dengan Mira Lesmana terujud.



Jarang saya memilih duduk paling depan. Karena ada Mak Vemma dari Kumpulan Emak Blogger dan rugi kalau tidak fokus saat pembicara menceritakan pengalamannya saya beralih duduk. Sudah sangat lama saya kagum dengan dedikasi Mira Lesmana dalam dunia perfilman. Saya bukan penggemar film, namun ketika kecil saya sangat sering diajak Abah saya menonton film. Sangat jauh dari Jakarta di sebuah kota kecil, Binuang. Namun sarana tontonan sudah ada. Sebutlah Misbar kalau gerimis bubar. Sangat asik menonton bioskop bisa sambil memandang bintang. Jangan ditanya langit pada malam hari di sana sangat indah karena tidak tertutup polusi. Sekarang bioskop itu sudah tidak ada.


Saat ini animo masyarakat untuk menonton film di theater jauh berkurang karena sudah banyak pilihan. Namun untuk film-film Mira Lesmana membuat masyarakat yang tadinya bukan penonton mendadak datang ke theater. Seperti film fenomenal Laskar Pelangi. Saat ini masih paling tinggi dalam jumlah penonton yaitu 4,1 juta.
Saya melihat Mira berhasil menggabung idealisme dan pasar.  Banyak film yang ia dan timnya buat berhasil memukau penonton. Seperti sebuah makanan ketika dikunyah oleh penonton rasanya terbayang hingga lama.
Perempuan yang seorang produser  film ini memaparkan market film Indonesia sangat banyak. Belum semua tergarap. Masih banyak wilayah di Indonesia yang belum mempunyai theater[a1] . Ini tentu merupakan tantangan tersendiri bagi Mira untuk menyusun strategi pasar. Senjata utama adalah kreativitas.

Film merupakan bagian dari industri kreatif dibawah Menparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif). Sebuah medium populer karena penonton tersentuh di ruang tertutup. Oleh karena itu apa yang dilihat dan yang di dengar masuk ke indera kita dengan mudah. Menjadi sangat berguna untuk menjadi alat propaganda dan membangkitkan semangat nasionalisme. Seperti saat jaman perang dan juga menjelang pemilu seperti sekarang ini. Banyak tokoh-tokoh mendadak keluar dalam film.

Film juga sarana hiburan. Film-film Korea sangat menghibur dan dari sisi bisnisnya sangat maju. Negara gingseng tersebut sangat sadar film bisa menjadi devisa negara. Mereka serius menggarap hal itu. Maka terjadilah revolusi sinema. Sekolah film banyak bermunculan. Beasiswa diperbanyak. Jaringan bioskop diperluas. Ada pembinis riset besar-besaran. Film drama tidak dibuat kecil-kecilan.  Hal yang terjadi adalah film Korea booming. 
Industri film di Indonesia bisa maju apabila ada pendidikan dua arah. Selain tenaga sineas yang dibuat lebih trampil, kreatif  masyarakat juga  harus mendapatkan pendidikan film sehingga mereka tidak menonton film- film berkualitas rendah. Produser berasumsi dengan budget yang rendah saja bisa meraup keuntungan yang besar maka hal itu akan berulang terus menerus. Kapan bisa menjual ke luar bila demikian yang terjadi?Sesi Tanya Jawab
Saya sangat jarang bertanya pada sebuah forum antara lain karena takut. Saya mencoba memberanikan diri bertanya. Pertanyaan saya adalah:
Bagaimana proses pengambilan  sebuah cerita (naskah) yang akan diangkat menjadi film? Semua orang tahu Mira Lesmana dalam mengerjakan film tidak setengah-tengah dan hasilnya memang menuai sukses.
Biasanya melakukan riset kurang lebih empat bulan. Sangat jarang orang melakukan hal penting ini padahal biayanya sangat murah.
Apakah promosi besar  berpengaruh mempertahankan  sebuah film di book office?
Promosi masih sangat mempengaruhi penjualan sebuah film. Pernah untuk sebuah film saja Budget total 9 M, untuk promosinya 4 M. Sekarang diupayakan cara promosi yang kreatif dan efektif, tidak hanya pasang baliho. (Saya ingat waktu kecil iklan film yang akan diputar di misbar menggunakan beca kemudian mobil pick up berkeliling kampung, saksikanlah! Banjirilah beramai-ramai malam ini akan diputar film bla bla)
Bagaimana menghadapi kegagalan? Apakah sudah dihitung sebelumnya?
Seperti film Ge catatan seorang demonstran. Perhitungan sebelum tayang, film ini ditonton tidak akan lebih dari 30 ribu orang.  Namun dari segi cerita sangat layak untuk dibuat. Mengantisipasi kekurangan dana mencari funding sehingga menutupi budget yang dikeluarkan. Seperti melepas ke media televisi.
Sebenarnya film yang gagal bukan dari sisi kualitas melainkan dari ekonomi, tidak book office, dan tidak mendapat kritik yang baik.
Semua film ada persiapan yang cukup panjang untuk menghindari kegagalan. Sekarang sedang mempersiapkan sebuah film dengan judul Pendekar Tongkat Emas. Setting waktu sebelum abad ke 13. Setting tempat ada di Sumba.











1/30/2014

BLOG COMPETITION #WMExpo2014: Passion


Menonton video yang diusung #WMM  kemengkelan (geli banget) melihat tingkah anak-anak menghadapi pembeli, cara mereka menawarkan kepada pembeli, menghadapi pembeli yang suka menawar, kemudian ketika mereka menghadapi pembelian yang banyak, belum sistem pembeliannya.
Boleh jadi sangat lucu namun dalam kehidupan nyata bagi seorang pengusaha yang mulai merangkak itu bisa terjadi. Walau usia bukan lagi kecil.

Saya datang ke expo karena ada undangan dari Kumpulan Emak Blogger yang biasa mengundang anggotanya. Karena pada  jam tersebut saya tidak mempunyai janji, Tak ada salahnya hadir pada acara itu. Pasti banyak ilmu yang saya serap.

Gerbang Senayan pintu Selatan saya masuki. Sudah banyak spanduk besar. Berjajar di sepanjang jalan. Saya hanya sepintas membaca ada Mandiri. Oh itu berarti benar tempat yang saya akan tuju. Ketika saya parkir motor lumayan banyak motor dan mobil yang parkir. Berarti peminatnya lumayan banyak.






Masuk pada pintu utama ada tulisan Mandiri Young Technopreneur. Makanan Apa itu. He he ni emak kurang wawasan.  Boleh sibuk dengan pekerjaan dan membesarkan anak mestinya harus tahu juga hal-hal demikian. Kan membesarkan anak. So ketika anak-anak  minta input tentang kehidupan mereka. Paling tidak bisa memberi gambaran.

Karena saya belum tahu secara pasti apa itu? Akhirnya fokus ke panggung utama. Ada empat pembicara utama yang nantinya akan tampil dalam talkshow  dengan teman women entrepreneurship.

Sesi pertama
Pembicaranya adalah Janehara dan Anton. Mereka adalah pengusaha. Janehara merupakan putri Ida Royani adalah seorang pengusaha hijab. Ia banyak bercerita seluk beluk ketika awal  mendirikan usaha.
Bermodal usaha dari temannya sejumlah 10 juta, mulailah ia berbisnis. Saat itu hamil dan anak pertamanya masih lengket dengan dirinya. Ia merasa sedih karena beberapa tahun selalu mendampingi sang buah hati.
Berkat kerja sama yang baik dengan suami. Maka akhirnya Janehara berhasil melompat, masalah  anak dapat teratasi. 

Janehara  yang bermarga Nasution ini mengukapkan dua hal yang mendasar dalam kehidupan bisnis. Brand identity dan Brand Image.

Mengandeng tangan Mamanya ia menyasar pada anak muda dan membidik pasar tak hanya orang yang mengenakan hijab. Berawal dari passion to fashion.
Bila melihat tokonya yang di Kemang orang tak menyangka koleksi Janehara merupakan pakaian hijabers. Awalnya mereka tidak mau membeli jadi merogoh kocek untuk sehelai karya Janehara. Ia berhasil menjual sebuah karya yang unik. Salah satu strategi pasar, bukan? Jane  juga menyasar pasar global.

So far so good bisnisnya berjalan lancar. Ia meraup keuntungan berlipat-lipat. Uang itu tak segera digunakan untuk jalan-jalan namun  dinvetasikan lagi pada usaha antara lain menggunakan jasa profesional untuk merancang usaha. Sebelum ia mampu membayar konsultan ia bekerja  sama dengan teman-temannya.
Sekarang usaha itu mulai terlihat titik terang. Janehara tak lelah berinovasi rajin melakukan riset agar tepat sasaran.
Saat sesi tanya jawab, ada yang  menanyakan bagaimana strategi menghadapi persaingan bebas/ AFTA? Pengusaha perempuan tersebut menjawab menghibau para masyarakat bangga menggunakan produk dalam negeri, dengan memakai berarti membantu perekonomian rakyat.
.
Pembicara kedua adalah Anton  Wirjono.   Membuat bisnis itu tidak gampang kata Ceo The Good Dep. & Bright Spot. Ia memegang 4 hal Planning, Finance, Marketing, Bussiness.
Awal usaha ia mendapatkan  sebuah lantai mal kawasan Jakarta Selatan. Dapat ide ketika terjebak macet dikarenakan orang berjualan di jalanan, space kosong itu mau diapakan.  Walau ide bisnis menarik, pelaku usaha harus mempunyai data agar investor tertarik dan percaya.

Akhirnya ia berhasil menarik orang untuk berinvestasi. Bisnis itu berhasil dieksekusi. ‘Pasar malam’ itu banyak menyedot pengunjung.
Sangat puas menyempatkan hadir pada talkshow dengan topik: Tren Mode Fashion & Creative dan Strategi Pengembangan Bisnis Lokal dan Go Global.
Tak salah Bank Mandiri menggapuk kedua pembicara sesuai dengan jargonnya Terdepan, Terpercaya dan Tumbuh Bersama Anda.


Tulisan Pertama











Tulisan ini mendapatkan apresiasi dari Bank Mandiri berupa Samsung S4.