2/27/2013

Think Big Think Mini

Wow pakai koprol begitu aku memasuki ruang Samsung Forum 2013 2013 exhibition Ballroom, Hotel Mulya. Emak-emak pasti bilang mauu pada semua barang yang terpajang di ruang tersebut. 
Awalan (kata-kata yang lagi in nih) disambut Samsung UHD TV besar banget, kemudian mataku tertuju pada mesin cuci, kebetulan mesin cuci lagi rusak pengeringnya (telepati, abii ada mesin cuci bagus nih pakai gaya pemain film perahu kertas).


Hasil foto dengan kamera Galaxi  S III mini


Nah karena aku blogger yang suka ikut acara dan foto-foto aku tertarik pada sebuah handphone Samsung  Galaxy S III mini. Aku mendekati spg untuk aku yang gatek perlu tanya-tanya banyak sama si cantik ini. Pasti yang ditanyakan adalah kelebihan. Dengan manis dan jelas ia menerangkan. 


4" HD Super Amoled Display
Bila beraktivitas di luar  (ada sinar matahari ) tetap terlihat tidak kabur.

Android 4.1 Jelly Bean
OS yang menyebabkan  pergeseran tangan dilayar lebih cepat  dan  sensitif

Kamera

- 5 Megapixels Camera Resolution (Rear)
- VGA Camera Resolution (Front)
- LED Flash
- Auto Focus available, memungkinkan menjempret 20 foto dengan cepat. Bagi blogger yang sering menghadiri acara membutuhkan foto yang bagus. Kamera memilihkan salah satu foto yang terbagus.

hasil yang aku coba sebagai berikut: 





 Svoice
Bila dalam kondisi  tidak memungkinkan mengangkat telepon atau membuka sms cukup mendekatkan ke telinga  maka bisa langsung bicara

S Beam
Fitur yang baru dipunyai Samsung memungkinkan bertukar data hanya dengan mendekatkan sesama ponsel tersebut. Menurut http://www.yangcanggih.com/2012/05/23/hands-on-samsung-galaxy-s-iii-fitur-s-beam-layar/ mengirim lagu hanya 5 MB hanya dibutuhkan 1 detik. 10 detik untuk video HD berukuran 10 MB dan 3 menit saja untuk video HD 1 GB.

Memori
8 GB Internal Memory dan external hingga 64 GB

Smart Stay
Kelebihan lain ada eye sensor, selama masih membaca maka  tak akan hilang dari layar.







Sumber:
http://goo.gl/GWsd2






2/22/2013

Kelas Baru


Ketika seseorang berkeinginan belajar Allah memfasilitasi dengan segala cara. Umur bukan  batasan menjadi  manusia pembelajar. 

2/11/2013

Sekantong Air

Sumber: http://goo.gl/0I0GO
Kami mendapat bingkisan dari seorang kerabat. Oleh-oleh Umroh. Mata Lazua berbinar, "Asik dapat ikan ya Umm?" Aku tergelak karena yang ia duga bukan itu. 
Ia selalu berpikir sekantong air bening adalah tempat ikan. Dulu memang ia pernah membeli ikan dengan kantong seperti itu.
Kadang-kadang ketika  melihat plastik nganggur ia isi air. Bibirnya melengkung ke atas seraya  menunjukkan mainan yang baru dibikinnya.
"Ummi, nanti kita beli ikan ya!" Aku mengangguk dengan khawatir sebab ia membawa plastik itu ke ruang tengah.Bagi Lazua bermain bisa dengan apa saja.

Menyenangkan ketika ia meminta (mainan, makanan, buku, tamasya) yang ia lihat di TV, majalah dan sebagainya, aku menyambutnya dengan permintaan. "Berdoalah nak, doakan Umm banyak rejekinya. Ingatlah Umm tak bisa mengingat banyak. Satu hal Umm tak berjanji padamu. Bila bukan Umm yang mengujudkan impianmu, kamu sendiri yang akan mencapainya." Ia gembira mendengar ucapan itu. Aku tahu ia menangkap perkataanku bukan PHP.

Suatu anggukan membuat terharu. Ada saatnya Lazua mengerti dan kadang tidak. Pernah pulang dari suatu  acara   sudah lewat jam 10 malam anak bungsu ini meminta dengan keukeuh. Sudah kami jelaskan toko-toko sudah tutup. Kami ingin menunjukkan  tak berbohong dengan cara mengajaknya mendatangi toko dan supermaket tersebut.

Ia tersipu malu. Selanjutnya jarang memaksa untuk dibelikan mainan.
Kadang tanpa kami tanya, ketika ia mengamati satu demi satu rak mainan. Dengan lantang, "Aku cuma mau lihat doang atau aku sudah punya banyak mainan." Pernah aku berkata membeli sesuatu yang berlebihan adalah mubazir.

Jadi ingat dosa dengan abang (aku banyak baca buku namun tak paham atau banyak sekali ibroh yang dilakukan Rasulullah, namun belum sampai ke hati dan telinga).

Ketika ia meminta mainan, persis seumuran Lazua. Terasa kejam, "Tidak! Umm tak punya uang kalau kau memaksa Umm konser di lampu merah." Hanya karena ingin  mengatakan tak semua permintaan harus dikabulkan. Sayang tak bijak dalam berkata.

***

QAL, kantong airmu adalah  cita-cita, harapan dan doa. Kau boleh isi apa saja. konsekuenlah untuk mencapainya. Suatu saat kau akan tunjukkan di mata orang tuamu dengan binar terang bahwa kalian berhasil mendapatkan isinya.


2/09/2013

MASIH

Lazua belum mengerti makna sudah dan masih. Misalnya ketika ia bisa mengenakan pakaian atau mandi sendiri, "Aku masih besar" Huaa Ummi yang mendengar senyum ditahan.




2/04/2013

Mata Up and Down

"Ummii, aku mau permen warna-warni."
Lazua  tidak menemukan permen yang dimaksud, namun ia mendapatkan permen yang lain.
Ia berseru, " Ummi aku dapat permen ini. Yang ... (tangannya memegang alis dan dinaikturunkan, seperti iklan permen dan ada cewek di Youtube piawi banget melakukan hal tersebut)


2/03/2013

Gulali

Walau hari Ahad, Ummi (ketidakkonsistenan POV dalam blog, kadang saya, kadang aku dan kali ini Ummi, tergantung cuaca hari itu, apa coba? tak mengapalah daripada POVnya abi, sebenarnya yang punya blog siapa??)  mulai menodai dapur. Hari ini cinta kan datang. Abi, Lazua, dan Azra berbunga-bunga menunggunya. Ummi masak caramel (gosong) pudding.

2/02/2013

Tentara itu Sholeh

"Ummi, aku ingin jadi tentara. Nanti aku jadi sholeh deh." Lazua mengungkapkan keinginan sesuai dengan kalimat efektif menurutnya.
Ummi hanya senyum dan mengiyakan. Andai kau tahu dek beribu kilometer dari kau tidur enak ada kisah pilu. Terbuat dari apakah hati mereka. 

Penulisan Kata

Akherat seharusnya akhirat
Diterjen    > detergen
Jarrah      > zarah
Kwadrat  > kuadrat
Mubajir    > mubazir
Mulya      > mulia
Praktek   > praktik
Mesjid    > masjid
Zaman     > jaman

Dari Mak Hayya Zaki
Terimakasih yang benar terima kasih
Nara sumber > narasumber

Tak Pernah Pudar

Istri: "Cintaku tak pernah pudar."
Suami: "Sungguh?"
Istri: "Iya, buktinya aku cuci tiap hari pakai detergen ... warnanya masih cemerlang tuh."
Suami: "Cinta apa baju sih Mak?"

Takut ketinggian

Bapak: "Kok kamu belum sukses?"
Anak: "Saya takut ketinggian pak."
Bapak: "Apa hubungannya?"