4/23/2015

Coco Ichibanya Good Smell Good Curry


“Irrasaimashe” atau irashaimas sapa ramah penyambut tamu #cocoichibanya di siang yang hangat. Saptu 11 April 2015 saya berkesempatan menyambangi sebuah #cococurryhouse yang baru dibuka tanggal 26 Februari 2015. Coco Ichibanya cabang  #summareconmallbekasi. Letaknya di Downtown Walk unit DW 109. #Cociichibanyasmb ini merupakan cabang kedua #cocoichibanyaindonesia setelah di Grand Indonesia.

Penyambut tamu tersebut memberikan sebuah daftar menu, bentuknya brosur.  Tidak seperti daftar menu pada umumnya. Ada bagian cara mengorder makanan.  Penikmat kuliner diberi kekuasaan penuh untuk mengukur perutnya, tingkat kepedasan curry, dan selera topping.

Pertama pilih ukuran nasi. Ada berbagai size sesuai keinginan. 150 gr,  250 gr, 350 gr, 450 gr, 550 gr, dengan harga, semakin besar ukuran semakin besar pula uangnya. Biasanya perempuan 150 gr. Kalau laki-laki 350 gr. Perut sedang lapar pesan ukuran jumbo.   Di dapurnya ada timbangan lho. Nasi terukur tepat.



Nasi berasal dari beras, khusus diimpor dari Jepang. Bentuk dan ukurannya berbeda dengan beras Indonesia. Curry Coco Ichibanya akan berbeda bila dinikmati dengan beras jenis lain Bentuk bulir beras kecil. Kalau yang biasa masak nasi pasti tahu bulir beras itu bermacam-macam,ada yang pendek, panjang. Untuk beras jenis kecil dan  panjang, misalnya beras perak (contoh untuk nasi goreng, nasi padang, beras duyung dari Kalimantan Selatan) diperlukan air yang lebih banyak. Sedang untuk jenis yang pulen  tidak memerlukan air yang banyak. Kebanyakan bisa lembek.

4/20/2015

Ulek

Saya kira uleg bukan ulek.  Sudah sangat jarang tentu orang melakukan hal ini. Di rumah saya hampir tiap hari. Gegara saya tidak membeli/mengganti bagian blender yang rusak. Saya juga jarang membuat masakan dalam skala besar. Kalau perlu, membeli di pasar saja bawang merah atau putih yang sudah di kupas, kemudian minta digiling. Terus ditambah bumbu yang lain. Biasanya ditukang bumbu sudah ada bumbu halus. 

Saat akhir pekan biasanya saya meminta anak untuk ikut mengulek. Pagi-pagi saya sudah bagi tugas dengan anak-anak. Walau mereka laki-laki, bagi saya dapur bukan wilayah yang tabu untuk mereka.
Q saya suruh ngulek. Sedang Az kena bagian melipat kantong plastik yang sudah menggunung. Rupanya Az memilih mengulek.

Karena belum terbiasa, ia mengulek dengan cara badannya yang bergerak sedang tangannya diam. Yaa tidak terjadi apapun. Setelah diberi tahu. ia mulai bisa. Kini ia terlalu kencang. So, bikin mata berair karena gas dari bawang merah masuk ke hidung.

Apa yang ia lakukan menghadapi keadaan ini?

"Mulai menangis...mulai menangis." Ha ha ha ada saja nak kamu menetralisir keadaan tidak nyaman. Kami tertawa melihat tingkahnya. 

Ia memilih menyerah karena matanya sudah berair. Saya mencontohkan. Kata saya lakukan dengan pelan-pelan. Waktu kecil saya juga  juga tidak bisa. Terus berlatih akhirnya juga bisa. Lazua yang TK  saja pernah diajarkan mengulek di sekolahnya. Ada muatan positif dalam ulek mengulek. Ada koordinasi tangan dan mata. Ada sensitivitas, anak belajar kapan harus mengulek dengan kencang atau perlahan. Anak juga belajar  menggenggam batu ulek. Kegiatan ini juga mengakrabkan orang tua, dan membuat ia break sebentar untuk kegiatan gadget akhir pekannya. 

4/19/2015

Belajar Geometri Sederhana

Saya merapikan meja makan usai anak-anak makan siang. Pyrex glass tempat macaroni panggang tidak muat dengan tudung saji. Dengan matematika sederhana saya memposisikan tempat tersebut secara diagonal. Ukuran  diagonal lebih panjang dari lebar tudung saji.

Timbul pikiran untuk menanyakan pada anak-anak. Mereka tidak melihat yang saya lakukan.
"Kalau tempat makaroni  tidak muat ditutup tudung saji. Apa yang kalian lakukan?"
"Habiskan." Dengan polosnya mereka menjawab.

Sebuah jawaban diluar dugaan. Iya juga sih daripada sulit-sulit. Tetapi maksud saya bukan itu. 


4/03/2015

Segitiga unik Scientia Square Park (SQP), Summarecon Digital Center (SDC), dan Food Truck Festival

Kami berangkat dari rumah pukul  06.00 lewat.  28 Maret 2015 bagi anak saya nomor dua adalah hari bersejarah karena ia test saringan masuk Mahad Rahmaniyah daerah Cilodong Kostrad Cibinong. Rangkaian test selesai sekitar pukul 11.00.

Setelah test saya berencana mengajak anak-anak ke Sumarecon Mall Serpong. Hari ini ijin keluar dari Ab yang sedang tugas di Marunda adalah harus mengajak anak-anak atau tidak boleh berangkat. Saya memilih mengajak anak-anak. 

Pikir saya undangan Bloggernya di tempat itu. Saya baca berulang undanganya di Facebook. Tidak tahunya Di Summarecon Digital Center. Driver cabutan kami, tahu daerah ini karena sering mengantar anak tetangga yang bekerja daerah sini.

Dari Cibinong rutenya jalan Raya Bogor kemudian masuk tol dekat Pasar Rebo selanjutnya keluar pintu tol Serpong. Tugas saya memandu berkurang. Biasanya saya menggunakan handphone  sebagai GPS. Zaman dahulu, kesannya jadul  sekali. Saya menggunakan peta yang tebal untuk mencari suatu alamat. Itu terjadi tahun 2000-an. Berterimakasihlah pada teknologi. Sekarang dengan handphone saja orang bisa mengerjakan apa saja.