Ini perbincangan ibu dengan anak kelas satu SDnya tentang teroris, ISIS dan Indonesia.
Di TV ditampilkan diagram orang Indonesia percaya sekitar 1 juta 'percaya' ISIS. Bocah itu berulang kali menanyakan angka 1 juta.
Akhirnya ibu menjelaskan angka itu artinya yang percaya sama ISIS dan 'dibawah' negara lain. Sebenarnya teroris itu telolis dari sisi kepribadian soalnya ia berani sama orang yang tidak siap dan beraninya bersenjata.
Kalau ia berani satu lawan satu, misalnya pencak silat atau di ring tinju. Ibu sambil berpikir kalau memang berani kirim surat ke suatu negara terus latihan perang bersama. Di suatu tempat yang tidak ada penghuninya. H h ini mah telolis. Namanya terorisnya kan maunya menakut-nakuti orang.
Ibu itu mulai membuka kembali pemahaman sang anak. "Dek, katanya ISIS itu bukan Islam terbukti pentolannya bukan dari negara Islam. Tapi sampai di Indonesia ada orang yang berbeda memahaminya."
Jadinya kan telolis. Gak baca benar-benar sejarahnya ISIS.
Kalau di video LOL teroris yang beredar ada orang bergamis lempar ransel terus lari. Nah kalau di Sarinah kemaren pakai celana jin, sepatu kets, dan konon kabarnya jaket berasal dari suatu negara. Ibu mbatin otak teroris menurut berita TV dari suatu kota di Indonesia, ia digambarkan orang garis keras. Nyambung gak yah dengan jins itu.
Dari kejadian ini. Penting banget mengajari anak untuk menyayangi diri sendiri, keluarga, orang lain, bangsa, negara dan bumi. Menyayangi dengan baik dan benar. Menyadari bahwa ia tidak akan bisa hidup sendiri dengan kelompoknya. Allah menciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa ada maksud. Ekonomi dan kehidupan yang sakinnah mawaddah wa rahmah itu ada karena ada perbedaan. Tidak terbayang kalau orang homogin (istilah belum cek).
Mudahan-mudahan kedepan tidak ada telolis yang dimanfaatkan teroris sebenarnya.
Untung saja ya bukan SIS singkatan dari blog ini tapi SSI. Sabar, Syukur dan Ikhlas.