Belum menonton film Insya Allah, Sah? Masih mikir-mikir? Simak hal-hal berikut kenapa kamu harus menonton film drama komedi ini. Tidak sendiri melainkan ajak keluarga juga. Bagi yang akan melamar menonton bersama calon mertua pasti boleh banget. Supaya tambah mengerti hiruk pikuknya akan menikah. Kalau calon belum belum melamar-lamar ajak saja tonton, Insya Allah dapat wangsit. Tetiba pengen. Menurut saya cerita lamar melamar hanya bungkus saja. Masih banyak hal lain mengapa harus nonton film mulai tayang lebaran 25 Juni 2017.
Banyak pesan religi
Masih terasa rendang, ketupat sayur, soto banjar atau semua
jenis makanan lebaran masing daerah-daerah.
Makanan yang disiapkan para emak ini memang enak disantap . Begitu pula
film berdurasi 1 jam 23 menit ini meski
sarat pesan agama karena dikemas dengan ringan oleh sutradara Benni Setiawan. Enak
untuk disantap jiwa.
BJ Habibie dalam kesempatan gala premire mengajak masyarakat
indonesia untuk rame-rame menonton. Banyak nilai agama dan nilai budaya. Film ini hadir dalam era globasisasi,
tepat sekali untuk meningkatkan ketahanan budaya. Sumbangan nyata dari MD
picture beserta pendukungnya. Pendekatan dengan cara komedi
menjadikan film besutan ini tidak sedang menonton film religi, tetapi pure
komedi.
Untuk film Insya Allah, Sah! Ada pesan yang sempat saya
catat, dari mulut Raka tokoh utama, ketika terjebak di lift. Berdoalah padaKu
niscaya akan Kuperkenankan doamu (al Ghofir 40:60). Tidak semua doa cepat dikabulkan. karena Allah ingin
mendengar suara kita memohon. Tidak jarang selama di dunia doa tak kunjung di
jawab. Percaya Allah Maha Mendengar, bisa dijawab saat di akhirat.
Film Indonesia
Tontonlah film Indonesia segera sebab bangku penuh membuat
film tersebut bertahan di bioskop. Kalau bukan kita siapa lagi yang mendorong
film Indonesia.
Pas saya bertanya terhadap calon menonton, lebih memilih film
dari luar, karena sepupunya suka sedang film Indonesia bisanya di download
saja. Untuk film Barat lebih lama di download. Kata saya sedih tidak kalau uang
kita sebagian untuk film luar. Sedih sih
katanya, tetapi bagaimana lagi.
Keluarga saya yang terpaksa harus datang dua kali ke theater
XX1 karena tanggal 29 Juni, ia tidak memperoleh tiket. Tanggal 30 Juni baru
berhasil mendpatkan tiket. Ia sering menonton film dari luar. Jarang menonton
film Indonesia. Sebagai penikmat film dan mengamati tingkah penonton kota
sungai, ia terkaget-kaget ketika masyarakat Banjarmasin menyerbu film
Indonesia.
Lucu
Film diproduseri Manoj Punjabi, dari awal tak henti membuat
tersenyum dan tertawa, pertama karena aktornya Pandji Pragiwicaksono, Richard kyle sukses mengocok perut. Juga
Aktris berpengalamanan Titi Kamal dengan karakter yang mudah marah tetap saja
membuat pipi capek karena geli. Film ini kocak habis diamini oleh Prilli.
Ngakak pokoknya. Sutradara membiarkan pemain untuk berimprovisasi.
Keponakan saya yang tadinya wegah-wegahan menonton setelah
menonton sepakat berkata film ini memang berhasil membuat ia
terpingkal-pingkal.
Dalam kesempatan lain saya menanyakan pada calon
penonton Insya Allah, Sah! yang bernama
Akbar di studio XXI Duta Mall Banjarmasin. Ia memilih menonton film ini karena
lucu. Biasanya ia memilih film komedi atau horor.
Pemeran utama
Keponakan laki-laki saya, berkomentar sebelum menonton, ia
mau menonton film ini karena ada Pandji. Biasa melihat tokoh ini ber-stand up
comedy. Memang akting Pandji dalam film patut dapat pujian karena totalitasnya. Pandji
melakukakan reset untuk membentuk karakter Raka. Ia konsultasi dengan Aa Gym,
karena penokohan Raka dibentuk menjadi tokoh yang agamis. Canda Pandji, ia
mengadaptasi tahi lalat Rano Karno dan Megawati Soekarno Putri. Soleh sodikun, Aa Gym dan Pidi Baiq.
Kostum batik Raka yang khas. Karakter yang mencirikan cinta
produk Indonesia. Tatanan rambut ala Beatles, shaggy, digunakan dalam penokohan Raka, untuk mengentalkan kesan jadul.
Sebelumnya saya memandang sebelah mata dengan presenter Kena
Deh tetapi pas membaca buku DreamCatchernya Alanda Kariza, Raka eh Pandji mah
berbobot. Bukan fisik ya. Maaf untuk
teman berpenampilan pembesar. Ingat pintu surga tidak mengenal ukuran tubuh
tetapi hati.
Titi kamal berperan sebagai Sylvi, kalau aktris ini jangan ditanya aktingnya, baru
pegang handphone saja kemudian take sedih langsung bisa menangis. Sambil
berseloroh Pandji dalam acara meet and great,
karena artis juga menyanyi soundtrack Insya Allah, Sah!, terlalu banyak
beban hidupnya. Hmmm.
Akting Richard Kyle juga perlu diperhitungkan untuk dilihat. Aktor
berdarah Indonesia Inggris dan berkewarganegaraan Australia ini sering dilihat dalam sebuah iklan
pembersih wajah. Badannya yang atletis dan berperut six pack membuat ia laris
dalam iklan. Untuk penonton Indonesia tentu bukan fisik yang akan dilihat
tetapi bagaimana ia melakonkan tokoh Dion.
Banyak cameo yang keren
Selain tokoh utama juga hadir pemeran pembantu Donita, Tanta
Ginting, Ira Maya Sopha ada cameo 33 orang yang mewarnai alur film. Prilly Latucosina, Reza Rahadian, dedy Mizwar,
Lidya Kandau. Fitri Tropica, Bayu Skak, Gary Iskak. Mereka hadir dalam porsi pas dan membantu film tambah greget.
Jalan cerita
Alur cerita terasa cepat. Menggiring penonton untuk hanyut dalam permasalahan. Benni Setiawan juga penulis naskah, berpengalaman dalam mengolah film. Terbukti pernah meraih piala FFI tahun 2010 sebagai sutradara terbaik.
Saya, saking fokus pada layar besar di Megaria Cikini, tidak
merasa Wawa Raji hadir sejajar
dengan saya. Padahal sosoknya lumayan saya kenal. Jalan cerita didukung oleh soundtrack
Cerita diadaptasi dari novel Best Seller Achi TM
Film dengan judul yang sama dengan novel Insya Allah, Sah!
Sudah saya baca separohnya. Memang tidak semua diambil dari novel hanya
sebagian saja. Tokoh-tokohnya pun tidak semua. Namun ruh novel sama. Sebuah nazar sebaiknya
dijalankan. Niat baik harus diimplementasikan. Menurut saya jangan bandingankan novel dan film. Karena cara menikmatinya berbeda.
Animo Penonton
Saya menonton di Megaria saat screening film tanggal 5 Juni
2017. Pas saya pulang ke Kalimantan Selatan sengaja datang ke twenty one di
Duta Mall. Ingin tahu tanggapan masyarakat Kal-Sel terhadap film ini.
Film sudah di putar di bioskop 4 hari ketika saya mengambil
foto antrean tiket. Saya tidak sempat bertanya pada bagian penjualan tiket.
Karena saking sibuknya. Berani mengganggu bakal diteriaki orang. Maka bertanya
pada petugas makanan yang sedang free. Kursi studio beragam jumlahnya, Ada yang berisi 200 kursi
di kali 5 pemutaran, asumsi 80 % saja
berarti sekitar 800 orang menonton. Studio 3 tempat pemutaran film tanggal 29
Juni berjumlah 146 kursi. Per 4 Juli 2017 di layar 1, jumlah kursi 259. Ada
grafik yang menaik. Di Banjarmasin harga tiket hari bisa 45 ribu, Jum’at Rp
50.000, hari libur dan weekend 60 ribu. Hampir dua kali lipat harga tiket
Jakarta.
Untuk menonton film ini perlu perjuangan, dalam suasana
lebaran keluarga saya sulit membeli tiket. Padahal sudah memesan sama orang
untuk membeli tiket.
Di sisi lain, film religius kadang tidak menjadi pilihan karena mereka
memilih film horor dan film robot dari luar. Berarti benar kata pak Habibi,
perlu ditanamkan nilai budaya dan cinta produk Indonesia. Terutama mendukung
film Indonesia.
Sedang untuk film bertema agama sangat perlu karena nilai-nilai lewat hiburan juga
mudah masuk pesan-pesan moralnya.
Ada penonton memilih tontonan karena bagus atau sudah banyak
yang nonton alias latah. Tidak berdasarkan muatan film tersebut. Saya teringat kata-kata Asma Nadia beberapa tahun lalu, tontonlah film bagus produk Indonesia agar perfilman Indonesia tambah maju.
Bila penilaian dalam skala 5 bintang, saya memberi 4 bintang untuk film untuk usia 13 tahun ke atas ini. Sebab kesempurnaan hanya milik Allah.
Sumber tulisan
http://www.bintang.com/celeb/read/2993588/5-tokoh-yang-menginspirasi-pandji-pragiwaksono-di-insya-allah-sah
https://youtu.be/YUHqsE8CkBE