Pernah menonton serasa iih gue banget. Ketika menonton film Mars Met Venus saya merasa seperti itu. Saya menonton part cewek. Acara screening di theatre XX1 di Plaza Senayan. Film ini dibagi menjadi dua bagian. Part Cewek tayang perdana 20 Juli 2017 sedang part cowok 3 Agustus 2017.
Film ini menceritakan sepasang kekasih. Menurut saya pas part cewek cenderung cowok diperankan Ge Pamungkas selalu mengalah. Apa ini karena saat survei pembuatan film laki-laki pas pdkt (pendekatan) seperti itu ya atau point of viewnya perempuan.
Tulisan ini harusnya diposting sebelum tanggal 20 Juli 2017, saya nge-draft di handphone. Pas saya mau edit. Kosong. Tidak sengaja terhapus, pas bersih-bersih memori handphone. Bete-nya lama banget, sebulan. Sisi perempuan saya keluar. Emosi bermain, padahal salah sendiri.
Akhirnya hari ini berbekal ingatan tentang film yang saya tontonan tersebut bisa menulis. Yeee emak berhaasil positif lagi. What... mau punya adik lagi? Maksudnya mindset. Saya mau merdeka dari perasaan negatif. Pantang mundur tetap menulis meski bahan tulisan lenyap. Perempuan banget kalau uringan-uringan, sensitif, moody. Wahai laki-laki tidak semua perempuan seperti saya. Banyak sekali perempuan yang mempunyai positive attitude. Ini pesan terselubung untuk anak laki-laki remaja saya. What? Umm jelek adatnya? Meski begitu tetap mau diterima apa adanya. Karena hidup harus berubah, tiap hari harus memperbaiki diri. Tak peduli pembelajar lambat atau cepat.
Film ini masih ada di bioskop, saat ini tayang versi sudut pandang cowok. Meski bergenre 'remaja matang', tak salahnya remaja tahun 70-an, 80-an, 90-an menonton. Hitung-hitung upgrade 'ilmu komunikasi' perempuan dan laki-laki. Kalau saya mengajak anak laki-laki yang sudah kelas 3 SMP. Bukannya menyuruh ia pacaran. Tetapi agar ia mengerti cara pandang perempuan dan laki berbeda. Tak mengapa berbeda. Penting adalah memahami perbedaan itu untuk saling melengkapi. Juga mengerti mengapa misalnya Umm dan Ab beda sikapnya. Ya iyalah latar belakang pendidikan saja berbeda, Umm sastra dan ekonomi, Abi lurus banget dari SMP sekolah teknik jurusan mesin. Hingga bekerja tidak jauh dari mesin. Umm mah berkelok-kelok. Seperti kelok sembilan Sumatera Barat kali yah, ngidam Padang.
Film ini seperti skripsi menurut saya, bab per bab atau seperti judul tulisan blog: 5 pendapat Mila (Pamela Bowie) terhadap Kelvin (Ge Pamungkas), seperti itu kira-kira. Mengenai angka itu saya agak lupa, tonton saja nanti kasih tahu saya berapa yang benar. Eh sekarang yang sedang tayang part cowok. Kata produsernya part cawok jawaban dari part cewek. Tapi pasti mirip. kata bu sutradara (kalau laki-laki kenapa sutra-dara juga ya), Hadrah Daeng Ratu, part cowok bukan kelanjutan part cewek. Melainkan sudut pandangnya berbeda. Kalau part cewek yang bercerita Mila sedangkan cowok Kelvin.
Mengapa saya mengatakan seperti judul blog. Alurnya dibatasi oleh cerita di kamera. Ceritanya Kelvin membuat video lamaran berbentuk vlog. Bagaimana masa pendekatan, mengatakan cinta, pertama kali bertengkar, terus ... Yee gak seru kalau saya ceritakan. Pendapat saya film ini bukan bagaimana akhir ceritanya yang ditunggu-tunggu. Tetapi tiap bagian ceritanya menggigit. Penuh pesan dan menghibur.
Film ini didukung oleh Ria Ricis (Icha) dan Rani Ramadhany (Malia), mereka hadir melengkapi sudut pandang perempuan terhadap laki-laki dengan karakter yang berbeda dengan Mila. Membuat utuh film Mars met Venus. Sementara teman-teman Kelvin adalah Cameo project, Reza (Reza nangin), Bobby (Ibob Tarigan), Steve (Steve Pattinama), dan Martin (Martin Nugrah).
Penulis Nataya Bagya, tidak mengalami kesulitan ketika menulis naskah. Uniknya ia belum menonton film ketika saya tanya apakah ada perbedaan saat ia menulis dan film yang sudah jadi. H h memang penting pertanyaan seperti ini? Penting tidak penting. Menurut saya karena sepintas Nataya pendiam bagaimana ia bisa membuat cerita lucu. Ternyata sisi humornya oke juga dan pesan cerita/film gampang dikunyah. Ia menulis berdasarkan pesanan perusahaan produksi MNC pictures, lalu ia kembangkan. Tidak memakan waktu lama dalam mengolah cerita.
Ge Pamungkas mengungkapkan setelah menonton film part cewek ia beranggapan cowok jahat, dan sebaliknya. Bila menonton kedua film akan mendapatkan kesimpulan yang bijak. Laki-laki dan perempuan memang berbeda, mereka hadir untuk saling melengkapi.
Kunci perbedaan adalah komunikasi. Perempuan bahasanya dipoles kalau jujur bisa mewek. Laki-laki maunya to the point, pas pada pokok persoalan. tanpa bahasa bumbu. Sebaiknya laki-laki jujur agar tidak terjadi seperti difilm, adegan bilang suka gudeg padahal tidak.
Definisi terserah pada perempuan itu ambigu menurut laki-laki. Misalnya pada film pada saat pesan makanan ditanya pesan apa, terserah. Pas sudah pesan, tidak setuju. Jadi maunya apa wahai perempuan.
Perempuan dandannya lama, padahal laki-laki juga senang perempuan tampil apa adanya. lebih senang on time. Daripada menunggu dandan kali yah. Eh sekarang perempuan dandannya cepat.
Penasaran dengan pelajaran apa lagi yang didapat dari film ini? Segera tonton ajak Ferry Ardian sebagai produser film Mars Met Venus saat acara screening.
aku baru denger para pemainnya cerita aja, belum nonton di bioskop, Mbak
ReplyDeleteSayang sekali. Kemaren aku lihat masih tayang di bioskop Sulawesi. Semoga ada di Jakarta lagi.
ReplyDeleteSamoe sekarang belom kesampean nonton film ini
ReplyDeleteDuh Ge Pamungkas ini emang ya "Gernyaaaa, bermuncratan" hihihi
ReplyDelete