Sumber: http://goo.gl/0I0GO |
Ia selalu berpikir sekantong air bening adalah tempat ikan. Dulu memang ia pernah membeli ikan dengan kantong seperti itu.
Kadang-kadang ketika melihat plastik nganggur ia isi air. Bibirnya melengkung ke atas seraya menunjukkan mainan yang baru dibikinnya.
"Ummi, nanti kita beli ikan ya!" Aku mengangguk dengan khawatir sebab ia membawa plastik itu ke ruang tengah.Bagi Lazua bermain bisa dengan apa saja.
Menyenangkan ketika ia meminta (mainan, makanan, buku, tamasya) yang ia lihat di TV, majalah dan sebagainya, aku menyambutnya dengan permintaan. "Berdoalah nak, doakan Umm banyak rejekinya. Ingatlah Umm tak bisa mengingat banyak. Satu hal Umm tak berjanji padamu. Bila bukan Umm yang mengujudkan impianmu, kamu sendiri yang akan mencapainya." Ia gembira mendengar ucapan itu. Aku tahu ia menangkap perkataanku bukan PHP.
Suatu anggukan membuat terharu. Ada saatnya Lazua mengerti dan kadang tidak. Pernah pulang dari suatu acara sudah lewat jam 10 malam anak bungsu ini meminta dengan keukeuh. Sudah kami jelaskan toko-toko sudah tutup. Kami ingin menunjukkan tak berbohong dengan cara mengajaknya mendatangi toko dan supermaket tersebut.
Ia tersipu malu. Selanjutnya jarang memaksa untuk dibelikan mainan.
Kadang tanpa kami tanya, ketika ia mengamati satu demi satu rak mainan. Dengan lantang, "Aku cuma mau lihat doang atau aku sudah punya banyak mainan." Pernah aku berkata membeli sesuatu yang berlebihan adalah mubazir.
Jadi ingat dosa dengan abang (aku banyak baca buku namun tak paham atau banyak sekali ibroh yang dilakukan Rasulullah, namun belum sampai ke hati dan telinga).
Ketika ia meminta mainan, persis seumuran Lazua. Terasa kejam, "Tidak! Umm tak punya uang kalau kau memaksa Umm konser di lampu merah." Hanya karena ingin mengatakan tak semua permintaan harus dikabulkan. Sayang tak bijak dalam berkata.
QAL, kantong airmu adalah cita-cita, harapan dan doa. Kau boleh isi apa saja. konsekuenlah untuk mencapainya. Suatu saat kau akan tunjukkan di mata orang tuamu dengan binar terang bahwa kalian berhasil mendapatkan isinya.
Menyenangkan ketika ia meminta (mainan, makanan, buku, tamasya) yang ia lihat di TV, majalah dan sebagainya, aku menyambutnya dengan permintaan. "Berdoalah nak, doakan Umm banyak rejekinya. Ingatlah Umm tak bisa mengingat banyak. Satu hal Umm tak berjanji padamu. Bila bukan Umm yang mengujudkan impianmu, kamu sendiri yang akan mencapainya." Ia gembira mendengar ucapan itu. Aku tahu ia menangkap perkataanku bukan PHP.
Suatu anggukan membuat terharu. Ada saatnya Lazua mengerti dan kadang tidak. Pernah pulang dari suatu acara sudah lewat jam 10 malam anak bungsu ini meminta dengan keukeuh. Sudah kami jelaskan toko-toko sudah tutup. Kami ingin menunjukkan tak berbohong dengan cara mengajaknya mendatangi toko dan supermaket tersebut.
Ia tersipu malu. Selanjutnya jarang memaksa untuk dibelikan mainan.
Kadang tanpa kami tanya, ketika ia mengamati satu demi satu rak mainan. Dengan lantang, "Aku cuma mau lihat doang atau aku sudah punya banyak mainan." Pernah aku berkata membeli sesuatu yang berlebihan adalah mubazir.
Jadi ingat dosa dengan abang (aku banyak baca buku namun tak paham atau banyak sekali ibroh yang dilakukan Rasulullah, namun belum sampai ke hati dan telinga).
Ketika ia meminta mainan, persis seumuran Lazua. Terasa kejam, "Tidak! Umm tak punya uang kalau kau memaksa Umm konser di lampu merah." Hanya karena ingin mengatakan tak semua permintaan harus dikabulkan. Sayang tak bijak dalam berkata.
***
bahagia bgt ya mbak kl anak2 bs mengerti :)
ReplyDeleteMembuat anak mengerti tanpa luka perlu belajar. Banyak kesalahan yang mbak buat selama belajar.
Delete