6/29/2013

BALSEM

"Ummi, besok berangkat jam berapa?"  hari Kamis tanggal 27 Juni ARTku menanyakan hal itu. 
"Ada apa?"
"Saya minta ijin pagi mo antri."
"Antri apa lagi?"
"Antri uang ganti BBM di Cinere."
"Ya, ga pa pa."

Keesokannya, ketika sore aku pulang kerja. Ia bercerita Antrinya hingga lepas Jum'atan. Ia memperoleh  RP 300.000 untuk tiga bulan.
"Cukup?"
"Alhamdulillah, untuk tambah-tambah beli beras, telur dan lain-lain?"

Ya Allah begitu syukur dalam kesederhanaannya. BLSM (Bantuan Langsung Sosial Masyarakat) seperti balsem pada sakit kepala. Panas namun menyegarkan. Semoga saja seiring orang-orang Indonesia  makin jujur, uang negara tersalurkan dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat. Kinerja semua orang (sedang mencambuki diri sendiri) semakin baik. Aamiin. 

Tadi malam aku menahan tangis (sepertinya jebol sedikit) menasehati anak tengahku tentang perjuangan hidup dan semangat belajar.

"Nak! Apa yang kau lakukan bila Ummi dan Ab tidak ada? Bagaimana kau hidup dan sekolah?"

"Aku akan bekerja dan sekolah."

"Nak, bila kau bersungguh-sungguh dalam belajar. Uang tak masalah karena negara akan memberikan beasiswa untuk pelajar yang berprestasi. Nah bagaimana kalau menjadi pelajar yang biasa-biasa saja?" Balsem formula Ummi untuk menggugah semangatnya.

Gadget telah merebut jam belajar, nilai prestasinya di sekolah naik sedikit sekali. Jauh tertinggal dibanding teman-temannya yang melompat. Yup, Ummi harus bikin aturan baru. Mentorku bilang Steve Jobs kecil tak ada gadget bisa punya Apple. Isilah hidup anak dengan storytelling dan kegiatan yang lain, barangkali kelak ia punya Orange Durian, atau yang lain.

2 comments: