Beberapa hari yang lalu ketika menonton tv, saya ternganga karena ada seorang caleg perempuan berendam dalam air. Katanya untuk belajar sejarah. Asik juga kalau belajar
sejarah sambil berendam, kepala ikut dingin. Terlepas maksud beliau apa. Saya tertarik dengan kata
dingin.
Kalau perempuan banyak di parlemen barangkali suasananya dingin.
Pandangan umum perempuan itu cepat
panas. Gampang meledak. Dari pada dikejar para perempuan sambil angkat sarung dan selop di tangan. Trus saya
ditimpuki. Oh no. Tidaaak. Perempuan
sekarang itu adem kok. Mana ada perempuan angkat kursi diparlemen main
lempar-lemparan. Tidak kuat pasti.
Satu. mengapa pencoblos harus memilih
perempuan karena adeem.
Parlemen tidak perlu memakai AC sebab udara rapat semilir. Paling banter kalau
marah-marah plotot-plotan. Lagi pula kalau perempuan sudah sampai di parlemen, telinga mereka pasti berventilasi lebar dan berkepala kulkas. Walau dianjurkan memilih perempuan, pemilih harus cermat memilih caper (caleg perempuan) agar
tidak salah memilih.
Dua. Perempuan itu punya dada kuat. Jangan ngeres dahululah
Siapa yang kuat bawa janin
kemana-mana selama 9 bulan? Perempuankan? Mana ada laki-laki hamil. Itu artinya Allah memberi kepercayaan pada perempuan. Mereka sanggup diberi beban baik lahiriah maupun
batiniah.
Tiga. Perempuan itu punya pendekatan
yang unik terhadap masalah.
Ijasah perempuan terutama ibu
adalah ahli dalam mendamaikan anak yang berkelahi di rumah. Pengalaman itu Insya Allah terbawa dimanapun
mereka berada. Mana ada seorang ibu ingin anaknya berkelahi terus. Lagipula bila berkonflik terus menerus jauh dari rejeki.
Empat. Perempuan mengerti arti sulit
Siapa yang tidak setuju, persentasi
perempuan, pendapatan di bawah standar
sangat tinggi. Perempuan parlemen tahu itulah akar permasalahan dan akan
berpikir keras agar kesulitan itu mencair pada seluruh perempuan Indonesia dari
anak-anak hingga yang berumur. Bagaimana perempuan tetap pada kodratnya namun
dapat melejitkan ekonomi keluarga.
Lima. Relasi.
Perempuan dikaruniai kecakapan
dalam berelasi dengan orang. Mitra
legistatif adalah ekskutif, yudikatif dan masyarakat pemilihnya dan yang bukan
pemilihnya.
Bila mereka sudah selesai dengan
masalah diri maka akan lebih mudah duduk bersama memecahkan masalah walau
berbeda partai dan beragam masyarakat.
Enam. Mampu
Mampukah perempuan memangku
amanat rakyat?. Mengapa timbul pertanyaan? Bukan ajakan? Lebih nyaman ada
kata-kata...ayoo kita bersama saling melengkapi saling menutupi kekurangan agar
masalah-masalah Indonesia bisa segera dipangkas.
Duduk dua jam hanya bicara
perempuan mampu atau tidak. Membuang waktu. Padahal bila wacana yang digelembungkan
cara-cara caleg perempuan dan caleg laki-laki bersinergi,
pasti ada nilai manfaatnya.
Perempuan Indonesia walau masih
banyak yang tertinggal tetap saja ada perempuan pembelajar yang baik. Sekarang
percayakan perempuan mampu ikut menyelesaikan
masalah Indonesia: ekonomi, hukum, sosial, bencana alam, korupsi, dan lain-lain.
Semoga saja keterwakilan
perempuan di legistatif bukan suatu bentuk caper (cari perhatian) dari suatu partai
agar memilih partai mereka dan bukan merupakan ancaman bagi laki-laki, karena kedua jenis
kelamin diciptakan Allah ada maksudnya.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba penulisan blog tentang Caleg Perempuan.
https://twitter.com/PerempuanCaleg
https://www.facebook.com/perempuancaleg
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba penulisan blog tentang Caleg Perempuan.
https://twitter.com/PerempuanCaleg
https://www.facebook.com/perempuancaleg
Singkat, jelas dan padat. Semoga lebih banyak perempuan yang bisa membawa amanah ya, mak
ReplyDeleteAamiin. Mak MIra, di KEB, aku banyak belajar tentang perbedaan namun mak-mak tetap saling menghargai.
Delete