2/27/2015

Belajar Hening Sejenak dan Sadar Penuh Hadir Utuh Bersama Adjie Silarus

Ketika bermain di Loksado anak-anak saya riang memecah keheningan udara pegunungan  Meratus Kalimantan Selatan. Air yang haning (bahasa Banjar: jernih),  sejuk  menyentuh kulit mereka. Atsmofir tanpa polusi.  Saya yakin itu terekam sebagai  kenangan yang menyenangkan. Bagaimana dengan masa lalu yang tidak mengenakan?
Ilmu berdamai dengan masa lalu yang tidak nyaman,  saya peroleh ketika berhasil memenuhi tantangan dari Ani Berta di grup Learning Forever menulis tentang profesi. Hadiahnya belajar hening dengan Aji Silarus. Seorang penggiat mindfullness lulusan cumlaude psikologi UGM. Menggeluti meditasi sejak 2002. Penulis buku best seller Sejenak Hening.

Sore yang ramah 15 Februari 2015  duduk di ruang Griya SukhaCitta. Di ruang yang dirancang minimalis. Lantai yang hangat dan ada bantalan. Dinding dipenuhi cermin. Lighting yang membawa ketenangan. Suara lembut Adjie membelah ruangan. Para Emak khidmat mendengar. Beberapa kali pertanyaan diajukan. Ditingkahi derai tawa dan senyum ketika merasa tersentil.



Doing-Being / Yin Yang
Saat ini banyak orang ingin memperoleh sesuatu dengan cepat dan menyimpan rapat-rapat. Tidak pernah berlatih memaafkan. Tidak pernah berlatih mendengarkan. Orang sering mengandalkan Yang agar lebih cepat kaya. Mengemukan dengan keras agar dianggap. Kondisi demikian adalah Doing. Kebalikannya adalah Being/Yin. Ada segmen merelakan dengan ikhlas. Sabar untuk menunggu. Kita harus berlatih berdiam sejenak agar tidak gampang stress. Kesuksesan menjadi hampa jika tidak ada kebijaksanaan.


Berkait dengan diam Nunik Ambar Sari menanyakan apakah kita harus diam membiarkan kesempatan lewat begitu saja?  Antara Doing Being saling melengkapi. Bagaimana kita bisa melompati lebih tinggi apabila tidak menyadari kaki kita berada di tanah. Kita perlu pijakan agar bisa melompat. Ada keseimbangan diantara Doing dan Being.


Tentu saja tidak bisa langsung diam ada tahapannya. Creating Gap. Awali dengan yang sederhana. Aji mencontohkan kebiasaan ibunya setiap pagi menyapu halaman, menyapa tetangga. Kebiasaan kita bangun pagi buru-buru cek gadget. Buru-buru mengerjakan dan bersiap-siap bekerja. Jarang sekali bisa santai. Kita sering tidak sempat merasakan udara pagi dan hangatnya cahaya matahari. Padahal itu adalah kesempatan bersyukur pada sang pencipta.

Apalagi kemudian kita bekerja dalam ruang tertutup dan bekerja berdasarkan deadline, mengejar impian karena tagihan kartu kredit. Kerja pol pol an karena Desember akan liburan. Sebaiknya tidak perlu menunggu Desember untuk liburan. Kita tidak pernah istirahat seolah kita pemeran utama dalam sebuah pertunjukkan.

Bila bekerja sesuai hobi dan passion ada keuntungan tersendiri. Sesenangnya pada pekerjaan tetap saja mengkhawatirkan cukup atau tidak penghasilan. Bagaimana caranya agar dapat mengurangi kekhawatiran masa depan dan penyesalan yang terjadi dimasalalu? Resepnya duduk diam sebentar. Menyadari kita hidup dimasa sekarang bukan dimasa lalu dan yang akan datang. Sadar penuh hadir utuh, mindfull. Kondisi yang menghasilkan masterpiece.

Apakah merindukan masa lalu dan yang akan datang adalah gejala sakit jiwa? Jangan buru-buru memvonis diri. Tips bila merasa demikian. Duduk diam pejamkan mata. Sadari diri kita sedang bernafas. Akan ada lonjakan. Kembali tarik nafas.  Latihan pernafasan perut baik sekali. Caranya letakkan salah tangan di perut. Saat bernafas perut mengembang. Saat mengeluarkan nafas perut mengempis. Saat ini sering kali orang bernafas dengan cara terbalik bernafas perut - mengempis.

Saat kita membenci diri sendiri dan sedih.  Sadari ada welas asih/compassion. Kita hanya pengamat bagi diri. Saat bersedih terapkan bukan saya sedih tetapi saya merasa sedih.

Sering saat duduk diam ada perasaan bersalah. Tidak perlu demikian karena ketika kita bisa menunggu, produktivitas akan meningkat. Sebaliknya gerakan laju akan menjadi lambat, slowness.

Orang lapangan biasanya lebih tabah dalam menghadapi hidup. Karena ia sering bersentuhan dengan alam. Melihat alam membuat kita adalah makhluk kecil. Oleh karena itu bila pekerjaan kita menuntut hanya dalam ruangan. Cobalah sekali dalam seminggu pergi ke taman. Lepaskan alas kaki. Rasakan tanah.

Tips Aji untuk kehidupan sehari-hari
  • Mulailah social media disorder. Cek email hanya jam 8 - 10. Tidak perlu khawatir berlebihan, tidak semua pesan harus dibalas.
  • Dalam setiap masalah hadapi keberanian. Hidup bukan sekadar menggenggam erat tetapi juga perlu belajar melepaskan dan merelakan yang datang dan pergi. Get in get outTidak membeli buku bila belum memberikan.
  • Berlatih simplicity, sederhana.
  • Kalau tidak bisa merelakan apps di handphone, bagaimana merelakan mantan. Bila rela akan tumbuh common sense. Orang menjadi fleksibel,  luwes,  dan pikirannya.
  • Untuk mengubah perilaku. Ubah yang kecil terlebih dahulu sebelum mengubah yang besar. Lakukan yang sederhana misal minum air putih,  makan buah.
  • Bila menganut minimalis. Ambisi jadi minimalis juga kah? Sebaliknya ide akan lebih berkembang. Bukan cepat cepat tetapi tepat dan tepat. Strategi. Jangan terlalu banyak keinginan. Fokus. Di dunia yang semakin ramai orang lebih spesifik.
  • Berlatih deep listening. Mendengar dengan sepenuh hati dan hadir. Aji mencontohkan dirinya berusaha hadir penuh ketika ibunya berbicara. Bila kita menyayangi seseorang usahakan pikiran kita tidak kemana-kemana ketika bersama dirinya. Cara mendengar yang efektif; kita perlu pikiran yang kontemplatif, terbuka, segar, penuh perhatian, dan reseptif. Mendengarkan seperti berbagi telinga. Kita bisa mendengarkan bila tenang. Bahkan Aji perlu istirahat sebelum orang  curhat/konsultasi. Mendengar tanpa perlu menghakimi dan berusaha menjawab. Kita harus memilah mana yang harus disimpan di memori, agar tidak terikut curhatan negatif. 
  • Grounding,  jalan dengan bertelanjang kaki. Sekitar pukul  8  hingga10, selama 15 menit.
  • Saat kita marah ada baiknya tangan diletakkan di tanah untuk menyalurkan energi. Agar diolah menjadi energi positif.


Berikut saya kutip dari buku kedua Adjie Silarus, Sadar Penuh Hadir Utuh.

Hidup tak hanya terus bergerak dalam riuh, tapi juga butuh diam dalam hening.
Hidup tak melulu tentang tergesa untuk bertindak, tapi juga ada kalanya yang bisa kita lakukan hanya bersabar menunggu.
Hidup akan menjadi melelahkan jika hanya diisi dengan terus berharap dan berusaha meraih, sehingga dibutuhkan penerimaan segala yang sudah ada dengan penuh rasa syukur.
Hidup tak semata hanya bermimpi akan masa depan yang lebih baik, tapi juga merayakan apa adanya saat ini, di sini-kini.

Pertemuan hari itu ditutup dengan berlatih meditasi. Hanya satu gerakan yaitu belajar hening dengan cara menarik nafas lewat perut. Mata ditutup. Mulai menarik nafas. Merasakan nafas membuat saya sadar penuh. Melepas yang terjadi dimasa lalu terutama hal-hal yang tidak mengenakkan dan tidak khawatir berlebihan terhadap masa depan. Saya ingin hadir utuh untuk orang yang saya sayangi. 







8 comments:

  1. Lengkap banget :D
    Perlu dan sangat penting diterapkan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih kemaren saya diundang dik Ani. Saya merasakan manfaat nafas perut. Waktu kecil saya pernah silat belajar nafas itu, manfaatnya menghemat tenaga. Sekarang satu lagi agar kita hadir utuh pada tempat dan waktu sekarang.

      Delete
  2. wah seneng banget baca tipsnya mak,makasih ya

    ReplyDelete
  3. pesertanya emak-emak saja ya:)

    @nuzululpunya

    ReplyDelete