Rasanya malu berbagi dengan ilmu yang baru sangat
sedikit. Sejentik kuku. Demi memenuhi tantangan Mak Ani dari Learning Forever dengan rasa sangat malu saya membagi pengalaman yang tidak seberapa.
Profesi yang saya geluti sekarang adalah tukang foto sekolahan.
Awalnya saya bekerja sebagai shadow teacher di sekolah Tetum Bunaya. Karena sekolah perlu seseorang untuk
mendokumentasikan kegiatan belajar. Maka jadilah sekitar pertengahan 2013 saya
memfoto kegiatan dan menata arsip foto.
Langsung ke tips memfoto anak. Obyek foto saya adalah mempotret anak Kelompok Bermain hingga SD. Dalam perjalanan memfoto mereka saya mendapatkan kesimpulan, untuk memfoto anak-anak seseorang harus:
Sabar
Mau mendapatkan foto yang terbaik tentu harus sabar
menunggu momen dan mempunyai skill. Kalau di tempat saya bekerja
memang momen itu hampir selalu ada. Karena kegiatan belajar di sekolah sangat
variatif dan kreatif. Nah kalau mau foto di rumah atau di outdoor. Coba mereka
beri kegiatan. Biarkan anak-anak berkegiatan. Bila belum dapat foto yang fokus, sabar saja ulangi lagi. Memang tangan harus steady.
Selalu
Siap
Pertama harus tenang.
Kalau saya biasanya brain gym lebih dahulu. Memfoto dalam keadaan emosi akan
berpengaruh pada hasil foto. Sulit mengambil angle, membaca cahaya. Anak-anak
gerakannya cepat bila kita tidak siap maka akan kehilangan momen. Penting ambil
momennya terlebih dahulu. Mengenai skill lama kelamaan pasti akan terbentuk.
Sejajar dengan tubuh anak
Mengambil foto anak sebaiknya sejajar dengan mereka.
Kalau kita berdiri sedang mereka jauh di bawah kita. Mereka tampak lebih kecil.
Kecuali kalau memang mau mengambil sudut gambar seperti itu. Atau juga
anak-anak dalam lingkaran otomatis harus mengambil angle dari atas.
Gunakan natural light/flash
Anak-anak sering kaget dengan flash. Oleh
karena itu pelajari cahaya ruangan. Bila
tidak ingin black light jangan berlawanan dengan cahaya. Kalau tidak bisa
mengendalikan ruangan misalnya dalam sebuah acara, pakai soft flash. Kalau untuk out door bila terpaksa menantang matahari gunakan soft flash juga. Kalau obyek pas bermain air dengan kolam buatan/kolam renang, pantulan cahaya dari air bisa dimanfaatkan untuk mempertegas wajah anak.
Kuasai kamera
Kamera
poket tidak masalah. Pakai kamera hand phone juga tidak apa-apa. Kalau kita mengenali fitur kamera, akan lebih mudah kapan perlu menggunakan fitur tersebut. Beda merk beda istilah fitur. Untuk memfoto harus tahu tempat fitur yang bisa membekukan gerakan. Kalau ingin memfoto anak saat mereka lari, melompat, menari, dan gerakan cepat yang lain.
Biarkan anak dengan style
mereka
Anak-anak sekarang biasanya sudah tidak kaku depan
kamera. Untuk sesion foto bersama terapkan, foto resmi dan foto bebas. Sehingga
mereka bebas berekspresi, tentu saja berlandaskan norma-norma yang
dipegang.
Untuk fasfoto biasanya anak-anak kudu di-direct. Untuk
yang gayanya kaku ajak bicara agar mereka bisa senyum senatural mungkin. Biasanya
bahu mereka turun, arahkan untuk membusung sedikit. Mata mereka ajak melihat
kamera.
Ada anak yang ceria, mata mereka saja bisa tersenyum. Ada
anak yang memang model melankolis. Jangan suruh senyum. Ceritakan saja hal lucu, ia akan tertawa dengan alami atau paling tidak tersenyum.
itu yg poin nomor 1 dan 4 bener banget, sabar itu harus terus spontan itu sesuai style mereka lbh natural :)
ReplyDeleteAku pernah baca bahkan kalau mau membuat anak tertawa. Kita harus pakai badut. Duh. Untuk anak-anak yang tidak nyaman difoto. Aku berusaha dekat dengan mereka. Lama kelamaan mereka mau difoto. Walau pertama mereka tidak relaks lama kelamaan enjoy.
Delete