Kusta dikenal sejak zaman kuno, dan masih menjadi masalah kesehatan di berbagai negara. Dalam perfektif agama seperti Hindu, Budha, Kristen, Katolik, dan Islam masih dikaitkan dengan dosa, karma, dan ujian dari Tuhan. Tertulis dalam kitab Suci.
Sejak jaman purba disinyalir pengasingan terhadap pasen kusta. Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dan penyandang akibat kusta hingga sekarang masih mendapatkan diskriminisi. Mereka sering mendapatkan kekerasan, perlakuan yang salah, dalam hal kependidikan, keagamaan, hingga lingkungan sosialnya.
Mereka sulit kembali ke masyarakat karena hilangnya rasa percaya diri. Cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Sejarah penyakit Kusta dalam Perspektif Agama dan Meningkatkan kesadaran Masyarakat
Secara khusus channel Berita KBR membahas masalah ini bersama host Rizal Wijaya dan pemateri:
Muhammad Iqbal Syauqi- Dokter Aisyiyah Malang
Pdt. (Emeritus/ Corinus Leunufna- Pendenta dan OYPMK
Diskusi diinisiasi olehYayasan Netherlands Leprosy Relief (NLR)
Dokter Syauki, Pernah belajar Hadits di
Darus sunnah di Ciputat Tangerang Selatan
Sejak zaman Nabi Muhammad Ustad pernah ada bahkan sebelumnya. Dalam bahasa Arab Lepra الجُذَامُ berasal dari jajawa artinya terpotong, gambaran fase selanjutnya pada penyakit kusta yaitu mutilasi, terpotong, penderita menjadi disabilitas.
Ada doa dengan hadis yang sanadnya shahih:
Nabi Muhammad SAW saja berdoa pada Allah agar terhindar dari penyakit kusta tetapi nabi pernah makan satu piring dengan orang yang berpenyakit kusta
Khusus untuk doa penyakit kusta ini adalah Pergilah dari orang terkena kusta seperti singa sehingga menunjukkan kusta sangat ditakuti oleh orang Arab.
Rasululullah berhati-hati namun beliau menghormati orang yang terkena kusta tidak ada diskriminasi dan khawatir. Nabi berusaha menerima.
Secara Islam apakah kusta adalah dosa dan karma? Jawabannya
tidak. Ada stigma karena
ketidaktahuan bahwa penyakit menular
ini perlu kontak erat yang lama untuk penularannya. Faktor
yang lain imun dari penderita.
Pandangan muslim negatif terhadap penyandang penyakit kusta karena akibat kurang tahu, minus informasi. Hal penting yang harus diketahui Kusta bisa diobati kecacatan bisa dicegah sejak dini dan diobati.
Para ahli agama membuka pengetahuan agar stigma pada penderita maupun orang yang pernah penyakit kusta tidak distigma negatif
Pendeta bercerita bahwa dia awal terindikasi. Ia periksa ke dokter dengan gejala mati rasa pada kaki. Pada tanggal 16 juni 2016 , beliau takut terhadap stigma tapi tidak takut terhadap penyakitnya Bapak yang tinggal di Maluku ini minum obat selama setahun dan dinyatakan menjadi oypmk pada bulan Mei 2017, beliau menerima pernah mengalami kusta. Rohaniawan bertugas menolong orang yang kurang beruntung termasuk penyakit kusta. Bapak pendeta meminta tolong pada Tuhan. Bantu orang yang sangat butuh pertolongan. Tak disangka beliau menderita kusta. Beliau merasa disuruh Tuhan untuk terlibat secara langsung.
Sanksi dari penyakit ini bapak Corinus tidak diterima oleh keluarga dan di lingkungan jemaat.
Adapun ciri dari penyakit adalah
Bercak merah mati rasa seperti kadas dan panu tidak sakit
Tidak berkeringat
Tidak gatal
Apabila terlambat diobati bisa disabilitas
Diskusi berlangsung diselingi dengan pertanyaan. Ada yang menanyakan dalam agama Kristiani Apakah ada kisah dalam kitab tentang kusta.Di dalam Alkitab, penyakit ini adalah kutukan Tuhan dalam perjanjian lama dan baru belum ada tulisan tentang medis. Apabila yang terindikasi maka ditinggalkan sendiri dalam gua. Untuk mengantar makanan diikat dengan tali untuk mengantar makanannya, selanjut talinya dibuang agar orang lain menyentuh.
Pertanyaan dari bapak Yunus dari Pinrang.
Penyakit Nabi Ayub mirip Kusta. Dalam Al
Quran dikatakan hal itu terjadi upaya
iblis untuk menguji kesabaran Nabi Ayub. Hal ini asal muasal stigma kutukan.
Pertanyaan yang lain, orang yang berpenyakit apakah bisa sembuh 100% seperti kanker?
Ada hadits yang mengatakan Nabi Ayub terkena sakit pencernaan yaitu kolera. Banyak ujian dan mukjizat tradisi kenabian adalah ujian keimanan nabi.
Ridho, rela menerima atas ketetapan Allah. Ikhlas pada qada dan qadar Allah. Ujian menambah pemahaman bahwa menjadi manusia tak bisa berbuat apa-apa.
Nabi Ayub tidak dikutuk dia tidak pernah melakukan kesalahan konteks harus dibedah dari sisi tasawuf dan fisik televisi bisa diobati
Penyakit ini bila tidak diobati secara tuntas maka akan kembali lagi. Faktor bakteri, imunologi dan banyak ditemukan di kantong-kantong masyarakat dengan standar kebersihan rendah.
Sementara di dalam alkitab ada juga tentang Nabi Ayub substansinya Tuhan menguji kualitas keimanannya. kusta adalah kutukan Tuhan. Belum ada medis dan obat yang memadai. Pengobatannya harus minta ampun atas perbuatannya bila sudah sembuh harus melakukan upacara persembahan korban dan datang ke para imam. Pemuka agama yang menentukan kesembuhan dan waktu kembali ke masyarakat.
Di dalam perspektif Islam diajarkan secara rohani atau berdoa agar terbebas dari penyakit sedangkan dari jasmani berikhtiar untuk berobat.
Dalam Hadis obat, metode,dan teknologi pengobatan kusta tidak disebutkan. Tetapi kebiasaan orang Arab zaman dahulu adalah dirukyah dan diasingkan
Untuk pencegahan penyakit Kusta: berhati-hati/waspada, menjaga kebersihan, mengakses gizi yang baik, segera periksakan diri ke dokter ketika terindikasi, dan bila mengalami gejala segera pergi ke fasilitas kesehatan, segera berobat, kurangi stigma dengan cara menambah pengetahuan yang benar tentang kusta.
Para pemuka agama diharapkan mengedukasi masyarakat agar timbul awarness terhadap kusta dan tidak memberi stigma terhadap penderita atau pun OYPMK terhadap dirinya sendiri.