BLOG COMPETITION #WMExpo2014
Rasanya rugi sekali mengapa saya
tidak bertanya pada para pemenang technopreneur dan para pebisnis yang ikut
expo. Mereka pasti orang-orang yang
menang dalam hidupnya. Berhasil meujudkan ide dan mimpi. Walau saya
bukan pebisnis pastilah nilai-nilai bisnis mereka dapat diserap. Walau rada gelo disatu sisi, sisi lain mimpi
bertemu dengan Mira Lesmana terujud.
Jarang saya memilih duduk paling
depan. Karena ada Mak Vemma dari Kumpulan Emak Blogger dan rugi kalau tidak
fokus saat pembicara menceritakan pengalamannya saya beralih duduk. Sudah sangat lama saya kagum
dengan dedikasi Mira Lesmana dalam dunia perfilman. Saya bukan penggemar film,
namun ketika kecil saya sangat sering diajak Abah saya menonton film. Sangat
jauh dari Jakarta di sebuah kota kecil, Binuang. Namun sarana tontonan sudah ada. Sebutlah Misbar kalau gerimis bubar.
Sangat asik menonton bioskop bisa sambil memandang bintang. Jangan ditanya
langit pada malam hari di sana sangat indah karena tidak tertutup polusi. Sekarang bioskop itu
sudah tidak ada.
Saat ini animo masyarakat untuk
menonton film di theater jauh berkurang karena sudah banyak pilihan. Namun
untuk film-film Mira Lesmana membuat masyarakat yang tadinya bukan penonton
mendadak datang ke theater. Seperti film fenomenal Laskar Pelangi. Saat ini
masih paling tinggi dalam jumlah penonton yaitu 4,1 juta.
Saya melihat Mira berhasil
menggabung idealisme dan pasar. Banyak
film yang ia dan timnya buat berhasil memukau penonton. Seperti sebuah makanan
ketika dikunyah oleh penonton rasanya terbayang hingga lama.
Perempuan yang seorang produser film ini memaparkan market film Indonesia
sangat banyak. Belum semua tergarap. Masih banyak wilayah di Indonesia yang
belum mempunyai theater[a1] .
Ini tentu merupakan tantangan tersendiri bagi Mira untuk menyusun strategi
pasar. Senjata utama adalah kreativitas.
Film merupakan bagian dari industri kreatif dibawah Menparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif). Sebuah medium populer karena penonton tersentuh di ruang tertutup. Oleh karena itu apa yang dilihat dan yang di dengar masuk ke indera kita dengan mudah. Menjadi sangat berguna untuk menjadi alat propaganda dan membangkitkan semangat nasionalisme. Seperti saat jaman perang dan juga menjelang pemilu seperti sekarang ini. Banyak tokoh-tokoh mendadak keluar dalam film.
Film merupakan bagian dari industri kreatif dibawah Menparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif). Sebuah medium populer karena penonton tersentuh di ruang tertutup. Oleh karena itu apa yang dilihat dan yang di dengar masuk ke indera kita dengan mudah. Menjadi sangat berguna untuk menjadi alat propaganda dan membangkitkan semangat nasionalisme. Seperti saat jaman perang dan juga menjelang pemilu seperti sekarang ini. Banyak tokoh-tokoh mendadak keluar dalam film.
Film juga
sarana hiburan. Film-film Korea sangat menghibur dan dari sisi bisnisnya sangat
maju. Negara gingseng tersebut sangat sadar film bisa menjadi devisa negara.
Mereka serius menggarap hal itu. Maka terjadilah revolusi sinema. Sekolah film
banyak bermunculan. Beasiswa diperbanyak. Jaringan bioskop diperluas. Ada pembinis
riset besar-besaran. Film drama tidak dibuat kecil-kecilan. Hal yang terjadi adalah film Korea booming.
Industri
film di Indonesia bisa maju apabila ada pendidikan dua arah. Selain tenaga
sineas yang dibuat lebih trampil, kreatif masyarakat juga harus mendapatkan pendidikan film sehingga
mereka tidak menonton film- film berkualitas rendah. Produser berasumsi dengan
budget yang rendah saja bisa meraup keuntungan yang besar maka hal itu akan
berulang terus menerus. Kapan bisa menjual ke luar bila demikian yang terjadi? Sesi Tanya Jawab
Saya sangat jarang bertanya pada
sebuah forum antara lain karena takut. Saya mencoba memberanikan diri bertanya.
Pertanyaan saya adalah:
Bagaimana proses pengambilan sebuah cerita (naskah) yang akan diangkat
menjadi film? Semua orang tahu Mira Lesmana dalam mengerjakan film tidak
setengah-tengah dan hasilnya memang menuai sukses.
Biasanya melakukan riset kurang lebih
empat bulan. Sangat jarang orang melakukan hal penting ini padahal biayanya
sangat murah.
Apakah promosi besar berpengaruh mempertahankan sebuah film di book office?
Promosi masih sangat mempengaruhi
penjualan sebuah film. Pernah untuk sebuah film saja Budget total 9 M, untuk
promosinya 4 M. Sekarang diupayakan cara promosi yang kreatif dan efektif, tidak
hanya pasang baliho. (Saya ingat waktu kecil iklan film yang akan diputar di
misbar menggunakan beca kemudian mobil pick up berkeliling kampung, saksikanlah!
Banjirilah beramai-ramai malam ini akan diputar film bla bla)
Bagaimana menghadapi kegagalan? Apakah
sudah dihitung sebelumnya?
Seperti film Ge catatan seorang
demonstran. Perhitungan sebelum tayang, film ini ditonton tidak akan lebih dari
30 ribu orang. Namun dari segi cerita
sangat layak untuk dibuat. Mengantisipasi kekurangan dana mencari funding
sehingga menutupi budget yang dikeluarkan. Seperti melepas ke media televisi.
Sebenarnya film yang gagal bukan dari
sisi kualitas melainkan dari ekonomi, tidak book office, dan tidak mendapat
kritik yang baik.
Semua film ada persiapan yang cukup
panjang untuk menghindari kegagalan. Sekarang sedang mempersiapkan sebuah film
dengan judul Pendekar Tongkat Emas. Setting waktu sebelum abad ke 13. Setting
tempat ada di Sumba.
No comments:
Post a Comment