Ada dua orang
sahabat. Satu suka mengolok-olok sebutnya Pengolok sedangkan yang satu paling
benci diolok-olok sebut saja Belok, tetapi herannya mereka bisa jadi sahabat.
Pengolok bertemu Belok yang sedang berpakaian biru. Dari lahir ia memang sudah memakai biru, lha wong
ibunya penggemar biru.
“Hei kamu suka dengan orang biru ya?" Olok-olok Pengolok.
Besoknya Belok memakai coklat. Pengolok kembali mengolok Belok.
“Hei kamu suka dengan orang biru ya?" Olok-olok Pengolok.
Besoknya Belok memakai coklat. Pengolok kembali mengolok Belok.
"Kali ini kamu suka orang coklat
ya?"
Belok diam saja. Percuma menjelaskan kepada
Pengolok. Coklat warna lain yang ia suka. Tak heran waktu kuliah warna dominan
di lemarinya hanya 2 biru dan coklat.
Esoknya ia
berpakaian kuning, esoknya merah muda, hijau, ungu, merah, putih, oranye, hijau
toska, biru dongker, merah marun, peach/salem,
emas, perak, hitam, abu-abu, krem dan warna lainnya. Hingga satu baju ada
bermacam-macam warna.
Pengolok tak henti
mengolok Belok. Karena ia memang punya penyakit kalau tak mengolok-olok ia akan
sakit. Jadi mengolok-olok adalah obat baginya. Karena mengenal Pengolok
luar dalam, Belok diam saja daripada sahabatnya itu sakit.
Suatu ketika Belok
sedang sensitif. Ia bertemu dengan Pengolok tak memakai baju agar tidak
olok-olok.
Namun yang terjadi
adalah Pengolok tetap mengolok-ngolok Belok. Tanpa bicara Belok mengeluarkan lakban
yang telah ia siapkan dari rumah tak tanggung-tanggung satu kantong plastik.
Kebetulan Pengolok lebih kecil badannya dari Belok. Dengan mudah ia menempelkan
lakban keseluruh tubuh Pengolok, persis mumi.
Sekarang Belok
tertawa habis-habisan melihat mata pengolok yang bergerak-gerak dan memancarkan
marah. Tangan dan mulutnya tak bisa bergerak. Pengolok berhasil membuat dirinya
marah namun sekaligus pengolok juga
marah. Impas.
Ya… dalam kehidupan
sehari-hari olok-olok orang lain bila didengarkan ada hal yang benar sebagai perbaikan diri. Hati-hati bila pengolok tak berhenti mengolok. Pilah saja kalau
memang benar dengarkan kalau tidak ya sudahlah tetap Sabar, Senyum dan Ikhlas . Daripada
telanjang tak memakai baju lebih baik memakai bajukan?
No comments:
Post a Comment