6/10/2012

OLOK-OLOK


OLOK-OLOK


Ada dua orang sahabat. Satu suka mengolok-olok sebutnya Pengolok sedangkan yang satu paling benci diolok-olok sebut saja Belok, tetapi herannya mereka bisa jadi sahabat.
Pengolok bertemu Belok yang sedang  berpakaian biru. Dari lahir ia memang sudah memakai biru, lha wong ibunya penggemar biru.
             “Hei kamu suka dengan orang biru ya?" Olok-olok Pengolok.
Besoknya Belok memakai coklat. Pengolok kembali mengolok Belok.
            "Kali ini kamu suka orang coklat ya?"
Belok  diam saja. Percuma menjelaskan kepada Pengolok. Coklat warna lain yang ia suka. Tak heran waktu kuliah warna dominan di lemarinya hanya 2 biru dan coklat. 
Esoknya ia berpakaian kuning, esoknya merah muda, hijau, ungu, merah, putih, oranye, hijau toska, biru dongker, merah marun, peach/salem, emas, perak, hitam, abu-abu, krem dan warna lainnya. Hingga satu baju ada bermacam-macam warna.
Pengolok tak henti mengolok Belok. Karena ia memang punya penyakit kalau tak mengolok-olok ia akan sakit. Jadi mengolok-olok adalah obat baginya. Karena mengenal Pengolok luar dalam, Belok diam saja daripada sahabatnya itu sakit.
Suatu ketika Belok sedang sensitif. Ia bertemu dengan Pengolok tak memakai baju agar tidak olok-olok.
Namun yang terjadi adalah Pengolok tetap mengolok-ngolok Belok. Tanpa bicara Belok mengeluarkan lakban yang telah ia siapkan dari rumah tak tanggung-tanggung satu kantong plastik. Kebetulan Pengolok lebih kecil badannya dari Belok. Dengan mudah ia menempelkan lakban keseluruh tubuh Pengolok, persis mumi.
Sekarang Belok tertawa habis-habisan melihat mata pengolok yang bergerak-gerak dan memancarkan marah. Tangan dan mulutnya tak bisa bergerak. Pengolok berhasil membuat dirinya marah namun sekaligus pengolok  juga marah. Impas.
Ya… dalam kehidupan sehari-hari olok-olok orang lain bila didengarkan ada hal yang benar sebagai perbaikan diri. Hati-hati bila pengolok tak berhenti mengolok. Pilah saja kalau memang benar dengarkan kalau tidak ya sudahlah tetap Sabar, Senyum dan Ikhlas . Daripada telanjang tak memakai baju lebih baik memakai bajukan?

Sabar, Senyum dan Ikhlas Sabar, Senyum dan Ikhlas

No comments:

Post a Comment