Saya mengajukan diri
untuk tiket nonton di microsite-nya Minyak Sunco. Informasi dari Mak Indah
Julianti. Beberapa hari kemudian saya mencetak foto tugas dari pekerjaan. Sembari menunggu, cek
email. Ada pemberitahuan dapat tiket free nonton 3 Srikandi. Akh senangnya, pekerjaan
selesai dapat kabar baik.
Pas liburan niat mengajak
anak nonton tidak kesampaian, sibuk beberes rumah. Senin sore 8 Agustus 2016 tidak ada tugas di Tetum, saya membawa Lazua
untuk menonton. Tentu saja melihat genre film kira-kira anak tersebut boleh menonton.
Film ini berlabel SU. Pas berangkat
hujan lebat, saya dan Lazua pakai jas hujan. Sambil berpikir ya Allah, rajin
banget saya mengajak anak hujan-hujanan. Padahal harga tiket kan masih
terjangkau, saya bisa memilih tempat dan waktu. Semoga ada hikmah dibalik
perjalanan ini, doa dalam hujan. Katanya saat hujan adalah waktu yang mustajab.
Tiba di Blok M square 21,
ada pemeran film Winter Tokyo. Sedang sesi wawancara dengan media. Saya mencari
blogger, tidak ada yang saya kenal. Bertemu dengan Ibu Lia dari Wajah Bunda.
Sering bertemu dengannya dalam beberapa event. Pas mengambil tiket bertemu
dengan Rere. Jadi blogger itu jadi banyak kenalan, pernah di Trans Jakarta bertemu
teman blogger.
Film mulai 17.45.
Berbarengan dengan waktu sholat. Oh ini hikmahnya perjalanan sore ini. Bukan
untuk riya. Saya mengajak Lazua ke Masjid di lantai 7. Meski ia uring-uringan,
saya menjelaskan padanya, bisa nonton karena Allah. Lagi pula biasanya ada
iklan dulu kok. Jadi kita mesti Magriban
dulu. Meski ia tidak sholat, semoga tertanam saat ia dewasa nanti. Juga jadi
pengingat bagi saya. Sering nasihat untuk anak seperti cermin. Ia akan
mengingatkan dilain waktu. Kata Umm...kan....
Sinopsis 3 Srikandi
Theatre 2 cukup penuh dengan
penonton, kami kebagian di pojok di kursi D 18-19. Film sudah dimulai. Pas
adegan Pak Udi (Donny Damara) mengajak Donald Pandiangan (Reza Rahardian) untuk
menjadi pelatih tim olimpiade panahan. Awalnya ia menolak untuk melatih. Karena traumatis
tahun 1980 gagal berangkat ke Moskow, alasan politis. Akhirnya mau
melatih dengan syarat menggunakan metodenya. Film ini bergenre drama dan
biografi ini berdasarkan pengalaman nyata sekitar tahun 1988, 80 %
kisah nyata. Cerita perjuangan 3 Srikandi dan pelatihnya mendapatkan medali
perak di Olimpiade yang ke 24 di Seoul
1988.
Tiga Atlet panahan yang
berasal dari tiga daerah berbeda, Kusuma Wardani (diperankan Tara Basro/Andi Mutiara Pertiwi Basro) berasal
dari Ujung Pandang. Lilies Handayani dari Jawa Timur (Chelsea Elizabeth Island)
dan Nurfitriyana Saiman (Bunga Citra
Lestari) dari DKI. Banyak rintangan yang
dialami mereka sebelum maju menjadi
atlet pelatnas. Pandi si Robin Hood
Indonesia cukup keras melatih ke tiga atlet. Selama latihan tinggal di
Sukabumi. Berlatih di atas drum. Terakhir sebelum berangkat mereka berlatih di
pantai, Pelabuhan Ratu dengan kondisi angin yang cukup besar. Film ini tidak
saja menyuguhkan adegan latihan, juga banyak mengupas sisi manusiawi para
atlet.
Ada kata-kata Pandi yang
cukup melekat di pikiran saya. Ketika mereka usai berlatih mereka berbaur
dengan masyarakat yan sedang menonton
acara pertandingan. Pandi memberi semangat pada atletnya. “Kalian yang
membiayai berangkat tanding ke Olimpade
adalah rakyat. Jadi kalian harus bersungguh-sungguh berjuang. Kurang lebihnya
demikian.
Terima kasih Minyak Sunco,
anak saya dapat banyak hal yang baik dalam film yang disutradarai Iman Brotoseno.
Rasanya saya pernah bertemu dengan Iman dalam acara blogger dan Sunco, juga acara ASEAN Blogger di jalan Sisingamaraja. Ia Ketua ASEAN Blogger Community
pada waktu itu.
Putra saya melihat kegigihan
dalam mencapai sesuatu dan hasil sebuah usaha. Ia terharu saat Indonesia untuk
pertama kalinya mendapatkan medali dalam pertandingan olah raga akbar tersebut.
Cerita yang ditulis oleh Swastika
Nohara dan Iman Brotoseno ini sangat layak ditonton keluarga. Kabar baiknya saya melihat di website 3 Srikandi, ada undian
berhadiah mobil.