Saya mengenal asuransi ketika masih kecil. Tentu saja waktu itu belum ada
syariah dari Nenek yang sekolahnya sampai
kelas 3 SD zaman sebelum kemerdekaan.
Satu hal yang beliau inginkan dalam
hidup biaya berobat kelak tak begitu memberatkan anak-anak. Alhamdulillah
anak-anak beliau rejekinya cukup sehingga tak perlu khawatir dengan biaya rumah sakit. Bagaimana dengan orang
tua yang anak-anaknya belum mapan?
Tahun1998 menyadarkan orang bahwa
ekonomi syariah tak terpengaruh dengan imbas kerusuhan pada waktu itu. Mulai
dilirik pelaku industri. Bahkan sekarang begitu pesat perkembangan ekonomi syariah
termasuk industri asuransi syariah.
Bicara tentang suatu produk, alasan
orang membeli suatu produk adalah karena produk tersebut bermanfaat. Banyak
sekali manfaat asuransi terutama yang berbasis syariah bagi kehidupan saya dan keluarga.
Ketika kami belum mempunyai
momongan kami sudah membeli polis jiwa. Pertama yang kami miliki adalah
syariah. Persis setahun setelah kerusuhan. Premi yang kami beli sesuai dengan
kemampuan kami membayar yaitu Rp 800.000 per tahun. Sebuah kewajiban yang besar bagi keluarga saya pada waktu itu. Sepuluh tahun kami menabung. Akhirnya terkumpul
sejumlah dana.
Semestinya sebuah polis asuransi jangan dicairkan hingga manfaatnya (uang pertanggungan) didapat. Karena kami
perlu uang untuk membeli kendaraan maka polis kami kembalikan. Prinsip utama membeli asuransi
gugur. Semakin tua seseorang masuk asuransi semakin besar tabbaru yang harus
mereka sumbangan karena faktor resiko umur. Semakin muda seseorang memiliki
polis semakin murah atau dengan kata lain manfaat yang ia peroleh semakin
besar. Ini saya ketahui karena saya pernah bekerja menjadi agen salah satu
asuransi. Nasabah saya membelikan anaknya yang masih berusia SD, benar nilai
yang ia capai lebih tinggi.
Angka kesejahteraan di
suatu negara semakin tinggi maka animo rakyat untuk melindungi dirinya di
masa depan semakin tinggi. Tentu menabung untuk masa depan bukan yang salah
dalam Islam karena tidak ada unsur judi atau maisir.
Ketika anak pertama saya TK 8 tahun yang lalu saya bertemu dengan orang tua teman anak saya,
mereka bekerja sebagai profesional dan sangat
memperhatikan bahwa tak ada yang tahu besok kita sakit atau sehat. Hal yang
perlu saya ancungi jempol mereka mempunyai asuransi kesehatan. Suatu hal yang
sangat jarang dibeli oleh individu. Sedangkan keluarga saya setiap tahun untuk asuransi kesehatan_ rawat
inap di belikan oleh kantor.
Suami karyawan, sedang saya sudah
3 tahun ini memilih untuk lebih kosentrasi membesarkan anak. Teringat dengan
orang tua teman anak dan kebetulan ada rejeki
saya merasa perlu memiliki sebuah polis kesehatan. Tentu saja manfaatnya
bisa menjadi dana pensiun. Sekarang keluarga saya memiliki tiga polis walau nilai tak besar Insya Allah cukup. Asuransi
pendidikan, jiwa dan kesehatan. Sebenarnya kami mempunyai lima polis karena
keperluan membeli kendaraan dua polis kami jual. Itulah yang disebut melindungi
jiwa sembari berivestasi.
Kemampuan membayar dalam membeli harus dipikirkan. Bertahun kami membuktikan rejeki Allah selalu saja hadir asal kita datang menjemputnya.
Kemampuan membayar dalam membeli harus dipikirkan. Bertahun kami membuktikan rejeki Allah selalu saja hadir asal kita datang menjemputnya.
Bagi yang belum mempunyai asuransi syariah, sekarang banyak
pilihan asuransi syariah antara lain Allianz Syariah. Mereka mempunyai produk
Allisya yang telah mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah yang
direkomendasikan oleh Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia.
wah..pingin ikutan lomba cerpennya tapi udah telat hehehe..
ReplyDeletemak salam kenal ya..sesama member emak2blogger. walaupun saya belum jd emak :)
senang bisa mampir di blog ini.
join balik ke blog saya ya mak :)
pingin nambah2 teman.
http://inarakhmawati.blogspot.com
Kemaren aku juga ingin ikut lomba cerpen. Sudah coba menulis namun belum selesai karena infonya baru aku ketahui.
Delete