1/25/2013

Asuransi Syariah



Saya mengenal asuransi ketika  masih kecil. Tentu saja waktu itu belum ada syariah dari  Nenek  yang sekolahnya sampai kelas 3 SD zaman sebelum kemerdekaan.

Satu hal yang beliau inginkan dalam hidup biaya berobat kelak tak begitu memberatkan anak-anak. Alhamdulillah anak-anak beliau rejekinya cukup sehingga  tak perlu khawatir dengan biaya rumah sakit. Bagaimana dengan orang tua yang anak-anaknya belum mapan? 


Tahun1998 menyadarkan orang bahwa ekonomi syariah tak terpengaruh dengan imbas kerusuhan pada waktu itu. Mulai dilirik pelaku industri. Bahkan sekarang begitu pesat perkembangan ekonomi syariah termasuk industri asuransi syariah.

Bicara tentang suatu produk, alasan orang membeli suatu produk adalah karena produk tersebut bermanfaat. Banyak sekali manfaat asuransi terutama yang berbasis  syariah bagi kehidupan saya dan keluarga.

Ketika kami belum mempunyai momongan kami sudah membeli polis jiwa. Pertama yang kami miliki adalah syariah. Persis setahun setelah kerusuhan. Premi yang kami beli sesuai dengan kemampuan kami membayar yaitu Rp 800.000 per tahun. Sebuah kewajiban yang besar bagi keluarga saya pada waktu itu. Sepuluh tahun kami menabung. Akhirnya terkumpul sejumlah dana.

Semestinya sebuah polis asuransi jangan dicairkan  hingga manfaatnya (uang pertanggungan) didapat. Karena kami perlu uang untuk membeli kendaraan maka polis kami kembalikan. Prinsip utama membeli asuransi gugur. Semakin tua seseorang masuk asuransi semakin besar tabbaru yang harus mereka sumbangan karena faktor resiko umur. Semakin muda seseorang memiliki polis semakin murah atau dengan kata lain manfaat yang ia peroleh semakin besar. Ini saya ketahui karena saya pernah bekerja menjadi agen salah satu asuransi. Nasabah saya membelikan anaknya yang masih berusia SD, benar nilai yang ia capai lebih tinggi.

Angka kesejahteraan di suatu negara semakin tinggi maka  animo  rakyat untuk melindungi dirinya di masa depan semakin tinggi. Tentu menabung untuk masa depan bukan yang salah dalam Islam karena tidak ada unsur judi atau maisir.

Ketika anak  pertama saya TK 8 tahun yang lalu  saya bertemu dengan orang tua teman anak saya, mereka bekerja sebagai profesional  dan sangat memperhatikan bahwa tak ada yang tahu besok kita sakit atau sehat. Hal yang perlu saya ancungi jempol mereka mempunyai asuransi kesehatan. Suatu hal yang sangat jarang dibeli oleh individu. Sedangkan keluarga saya setiap tahun untuk asuransi kesehatan_ rawat inap  di belikan oleh kantor.

Suami karyawan, sedang saya sudah 3 tahun ini memilih untuk  lebih kosentrasi membesarkan anak. Teringat dengan orang tua teman anak dan kebetulan ada rejeki  saya merasa perlu memiliki sebuah polis kesehatan. Tentu saja manfaatnya bisa menjadi  dana pensiun.  Sekarang keluarga saya memiliki tiga polis walau nilai  tak besar Insya Allah cukup. Asuransi pendidikan, jiwa dan kesehatan. Sebenarnya kami mempunyai lima polis karena keperluan membeli kendaraan dua polis kami jual. Itulah yang disebut melindungi jiwa sembari berivestasi. 
Kemampuan membayar dalam membeli harus dipikirkan. Bertahun kami membuktikan rejeki Allah selalu saja hadir asal kita datang menjemputnya. 

Bagi yang belum mempunyai asuransi syariah, sekarang banyak pilihan asuransi syariah antara lain Allianz Syariah. Mereka mempunyai produk Allisya yang telah mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah yang direkomendasikan  oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.



Sumber

2 comments:

  1. wah..pingin ikutan lomba cerpennya tapi udah telat hehehe..

    mak salam kenal ya..sesama member emak2blogger. walaupun saya belum jd emak :)
    senang bisa mampir di blog ini.
    join balik ke blog saya ya mak :)
    pingin nambah2 teman.

    http://inarakhmawati.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kemaren aku juga ingin ikut lomba cerpen. Sudah coba menulis namun belum selesai karena infonya baru aku ketahui.

      Delete