2/19/2014

SABAR


Dalam KBBI sa·bar a 1 tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah: ia menerima nasibnya dng --; hidup ini dihadapinya dng --; 2 tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu: segala usahanya dijalankannya dng --; (http://kbbi.web.id/index.php?w=sabar)
 

Kadang mengapa kita harus sabar karena ulah kita sendiri bisa juga karena orang lain. Saat pulang ke Kalimantan Selatan. Saya mendapat tiket sore hari untuk berangkat dari Jakarta. Sengaja saya ijin kerja hanya  setengah hari agar tidak terlambat tiba di Bandara. Kalau pagi dan sore saat jam kerja pastilah bisa diterka. Macet.

Saya berangkat ketika orang sholat Jum'at. Jalanan lengang. Naik taksi ke Pasar Minggu tempat Damri mangkal. Tidak berapa lama Damri berangkat dan perjalananpun lancar. Saya masih menunggu dua jam untuk keberangkatan. Amankan kalau waktu perjalanan dihitung dengan tepat.

Nah kejadian serba nyaman itu tidak terulang ketika dari Bandara Syamsudin Noor. Saya berleha-leha karena Banjarbaru ke Landasan Ulin tempat bandara berada hanya setengah jam. Pesawat jam 20.10 WITA take off. Jam 19.00 WITA saya masih di rumah adik saya. Walhasil sampai di Bandara kurang setengah jam lagi pesawat berangkat. 

Memang masih ada kesempatan untuk check in, namun apa yang terjadi? Karena pesawat yang datang bermuatan sedikit maka penumpang yang lain diberangkatkan esok atau malam itu juga melalui Surabaya. Kata petugas di Bandara hal itu terjadi karena ada bencana Kelud, pesawat berbadan besar dialihkan ke bandara yang sudah dibuka kembali.


Karena Senin saya sudah bekerja maka memilih opsi kedua. Untuk menunggu kepastian berangkat saya harus menanti lama. Untung saja bawa Al Matsurat, membantu sekali untuk tenang walau dibaca sedikit Memang harus sabar dan berdoa. Selain memohon pada petugas, karena saya membawa anak kecil. Lagi pula tidak enak meminta ibu dan Om saya kembali menjemput. 

Penumpang yang ke Surabaya dipersilakan masuk ke pesawat. Saya baru mendapat kepastian berangkat. Lega. Bergegas saya tuntun anak saya ke lantai dua. Untung saja tidak begitu jauh. 

Dalam pesawat Lazua sempat lihat-lihat majalah. Ada peta Indonesia. Kesempatan mengenalkan sebuah kota lagi pada Lazua. Surabaya. Padahal awalnya menyesalkan perjalanan yang harus memakan waktu lama,  akhirnya bisa mensyukuri. 

Kesabaran harus diuji lagi. Kami harus menunggu dua jam untuk penerbangan ke Jakarta. Jam di handphone saya menunjukkan pukul 22.00 padahal itu masih WITA. Saya lupa di Surabaya waktunya lebih lambat 1 jam. Lazua mulai tertidur di kursi. Wow. Ngalamat menggendong. Benar saja. Walau Lazua langsing cukup ngos-ngosan juga menggendong dia karena pesawat berada di gate lain.

Untung saja barang yang tidak bisa dimasukkan ke bagasi karena kelebihan beban ada yang berbaik hati untuk membawakan. Alhamdulillah.

Tiba di Soekarno Hatta mendekati pukul 1 malam. Damri sudah tidak ada. Beruntung mengikuti saran Abi untuk mengajak Lazua. Kalau tidak pulang sendiri tengah malam. Horor juga. Abi sudah pulang karena mobil ditinggal di Pasar Minggu. Tidak ada jaminan dijaga hingga tengah malam. Plus kakak Lazua juga ikut. Jadi saya... naik taksi. Laporan sama Abi (beliau mengingatkan untuk sms no lambung taksi), kakak yang ada di Banjarmasin (beliau sampai tidak bisa tidur), dan Mama.  

Kalau dipikir-pikir. Saya masih diberikan kemudahan Bagaimana mereka yang mengalami musibah gunung Kelud. Semua fasilitas yang mereka miliki tertimbun abu.  Semoga mereka selalu tabah. sabar, syukur,  ikhlas dan memulai kehidupan baru dengan semangat. Dibalik ujian ada jiwa  yang bertumbuh untuk semakin dekat dengan pemilik dunia dan akherat. 






No comments:

Post a Comment