"Umm, pinjam potong kuku!"
"Ambil Dek, di tempatnya!" Saya kira ia akan minta tolong. Ternyata tidak. Ia memotong kukunya sendiri.
"Lihat, Aku bisa memotong kuku sendiri!" Melihat Ia melakukannya sendiri, hati saya yang berdebar. Saya pura-pura sibuk agar tidak terlihat cemas.
"Kalau mengalami kesulitan, Umm mau menolong." Nada suara saya buat setenang mungkin. Hingga selesai Ia tidak minta tolong. Kemampuannya ditunjukkan pada orang serumah. Tidak terlihat sombong pada wajahnya. Kami mengapresiasi kemampuannya juga sewajarnya.
Terima kasih guru pembimbingnya di sekolah yang mengajarkan ketrampilan hidup seperti mengangkat piring makan keramik, gelas kaca, dan lain-lain. Ia belajar berani, percaya diri, hati-hati, dan sekaligus mengukur diri.
Saya menanyakan siapa yang mengajarinya? Ia menjawab tidak ada. Ia hanya ingin mencoba, ternyata bisa. Di sekolah tentu kakak pengajar tidak pernah menyuruh memotong kuku sendiri.
kebayang ndredek pas denger Lazua potong kuku sendiri ya mak..seringkali kita udah ngebayangin yang ngga-ngga..tapi anak-anak memang perlu diberi kepercayaan karena memang mereka bisa..
ReplyDeleteAha. Aku bisa. Nilainya mahal sekali untuk perkembangan Lazua.
Delete