1/23/2013

Bagaimana Cara Mendidik Anak di Era Globalisasi


Ahad tanggal 6 januari 2013. Pagi sekali sekitar jam 07.00 aku berangkat dari rumah. Menurut undangan telat. Alhamdulillah acara belum dimulai. Ketika berada di parkiran motor bertemu Eti (Nur Baiti) teman yang menginfokan seminar gratis yang bertajuk Bagaimana Cara Mendidik Anak di Era Globalisasi.

Acara dimulai oleh pembawa acara dengan mengajak peserta menyuarakan jargon: Al Iman- memberi, membagi setulus hati. Talk show- keluargaku, surgaku. Selanjutnya udara aula Mesjid Al Wiqoyah dipenuhi oleh tiga orang anak tasmi’ surat An-Naba. Menyentuh tak hanya karena ia hapal namun juga berani menunjukkan cintanya pada Qur’an. Hanya orang yang mau saja untuk mengingat dan berusaha menempelkan di kepala Kalamullah. Masya Allah. Sangat beruntung orangtuanya bila putra putrinya mau menghapal (tentu juga mengimplimentasikan dalam kehidupan), orang tuanya akan mendapatkan mahkota di negeri abadi nanti.




Sementara orang tua mengikuti seminar anak-anak mengikuti lomba mewarnai, sayang tak sempat mendokumentasikan kegiatan anak-anak tersebut.


Dihadapan peserta sudah berdiri ketua panitia Ustaz Fauzi Bahreisy. Beliau bercerita asal muasal Majelis Al Iman dari Forsika. Saat ini akan membangun Al-Iman Islamic Center (http://www.alimancenter.com/default/al-iman-islamic-centre.html). Kegiatan yang sudah berlangsung adalah sarana pengajaran tahsin, pelatihan pengkaderan, pengurusan jenazah, pengembangan website, pelatihan sebagai amal saleh memberikan kontribusi sebesar-besarnya untuk umat. Untuk itu perlu sebuah tempat sebagai sentral kegiatan. Langkah pertama adalah pembebasan lahan. Perlu banyak dana untuk langkah-langkah tersebut.

Astri Ivo: Pendidikan Anak di Era Globalisasi
Anak-anak shaleh itu tidak dilahirkan tetapi hasil didikan. Begitu artis cantik luar dalam ini memulai wacana tentang bagaimana cara mendidik anak di era globalisasi. Hampir semua orang dari anak-anak hingga orang dewasa kini mempunyai tetangga tak hanya yang di sebelah rumah namun juga global karena internet.


Banyak orang tua, tidak siap menghadapi tantangan global, seperti diterjang tsunami canggih dan intensitasnya sering. Globalisasi merupakan suatu dampak akibat  semakin majunya teknologi serta cara berpikir manusia, dapat berdampak positif maupun negatif pada setiap orang. Pandai-pandailah memilah dan memilih informasi dan budaya yang datang dari luar.

Orang tua hendaknya

  • mendampingi dan mengenali dunia anak
  • menciptakan keluarga harmonis
  • memperbaiki komunikasi dengan anak
  • Ingat bukan tugas salah satu orang tua tetapi tugas bersama ayah dan ibu
  • Ikuti perkembangan teknologi

Tugas utama orang tua memberikan landasan yang kuat dan bekal yang cukup untuk menghadapi era baru. Kewajiban mendidik hingga gerbang surga. Dalam surat Al-Lukman itu ada parenting.

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Mengerti perkembangan tahapan anak adalah salah satu langkah yang harus dipunyai orang tua. Anak bukan milik tetapi titipan. Ingat didiklah anakmu karena ia hidup bukan di zamanmu (Hadits Rasulullah). Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Anak adalah amanah, permata hati, tumpuan harapan dan cita-cita sekaligus ujian.

Berinteraksi dengan ketiga putranya Astri Ivo sering menemukan anak-anaknya mempunyai pendapat sendiri. Freedom of choice. Namun harus diingat kebenaran milik Allah. Setiap pilihan hendaknya berlandaskan hal tersebut. Landasan yang dapat mem-back up pengaruh media. Pengaruh itu pada pengetahuan,

- cara berfikir,
- bersikap
- perilaku.

Media berdampak positif bila

- muatannya edukatif
- sebagai hiburan yang mengolah rasa dan mencerahkan
- dikonsumsi secara proporsional
- ada pedampingan  orang tua.

DR Sitaresmi Soekanto

Definisi dunia berubah menjadi desa kecil akibat adanya internet. Jangan sampai kecanggihan teknologi menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.  Artinya, orang yang di samping kita (keluarga) tidak dekat secara komunikasi namun orang yang jaraknya jauh malah lebih intens. Pernah melihat sekeluarga pergi ke restoran malah masing-masing sibuk dengan gadget.

Nenek muda yang masih berumur di bawah limapuluh tahun ini acapkali bergaul   dengan cucu yang masih berumur 4 tahun. Ada hal yang membuat beliau terperangah ketika sang cucu bertanya, “Mengapa di buku ini tidak ada gambar Nabi Muhammad?” Pertanyaan seperti ini tidak muncul pada generasi orangtuanya.

Ibu Sitoresmi menjawab pertanyaan, “Biar surprise… nanti bisa bertemu Rasulullah di surga.” Menjawab pertanyaan anak harus sesuai umur,  imbuh Ibu Sitoresmi.

Fungsi bimbingan dalam rumah  diharapkan anak mempunyai imunitas yaitu  kemampuan memilih dan memilah. Al Qur'an sebagai pembeda mana yang haq mana yang batil.  Qur'an adalah furqan

Kadang orang tua bersifat  egois ketika berinteraksi dengan anak. Sifat yang sebaiknya dihilangkan.   Seperti yang diceritakan  seorang anak kepada Ibu Sitoresmi.

"Ibuku  memaksakan  kehendak agar aku masuk ke jurusan IPA padahal aku memilih jurusan yang lain.”

Jawab beliau, "Katakan kepada Ibumu ajari  aku  matematika atau hal-hal eksak tiap hari. Pasti sang ibu berkata, “Baiklah pilihanmu yang dijalankan.”

Menghadapi dunia yang berjalan dengan cepat dan penuh godaan ini orang tua harus menjadi sahabat bagi anak-anak dan remaja.  Syaratnya harus menyediakan waktu.  Walau sesibuk apapun dengan cara berdialog misalnya.  Libatkan diri dengan kehidupan mereka bukan sekadar melihat atau menjadi pangamat. Arahkan  hobi/minat anak pada hal positif. Anak-anak harus mempunyai cita-cita dan ajarkan anak bersikap asertif.  katakan dengan jujur tanpa menyakiti. Pernah terjadi pada anak bu Sitoresmi diajak masuk gereja untuk menunjukkan ia toleransi atau tidak. Sikap anak tersebut menolak dengan sopan dan menunggu di depan saja.

Sikap asertif juga harus dimiliki  pada kasus-kasus narkoba dan sex bebas. Anak mengatakan tidak bukan karena insyaf namun sejak awal mengatakan mau bebas dari kasus tersebut.  (Bagi remaja/orang dewasa yang sedang dalam kasus tersebut, semoga dibukakan hati (doaku), takutlah pada waktu yang abadi nanti, karena siksaan tak akan pernah berhenti, lebih baik membersihkan diri di dunia).

Bu Sitoresmi juga menyarankan pada para Ibu lebih mencek hapalan Qur’an daripada jauh-jauh ke pasar grosiran hanya ingin membeli barang lebih murah. Sayang waktunya. Setelah itu  beliau mengajak para peserta seminar untuk menyaksikan sebuah video.

Pertama yang muncul adalah Tiger wood sedang melatih para pemain golf. Ketika di ajarkan oleh Tiger mereka bisa memukul bola dengan baik. Namun ketika Tiger meninggalkan lapangan yang terjadi adalah pukulan para pembelajar tersebut  bubrah. Kacau.
Kemudian seorang dirijen mengarahkan pada bagian orkestra. Irama yang terorkestra baik musik bagi telinga.

Apa yang terjadi bila anak kecil memimpin orkesta. Otak seperti orkestra. Bila yang memimpin anak kecil maka yang terjadi adalah disharmoni,  masih banyak  sinaps yang belum terhubung. Mereka belum bisa menguasai diri sepenuhnya.

Bagaimana dengan yang remaja, orkestra mulai menghasilkan harmoni, namun belum sempurna. Masih saja ada sinyal-sinyal yang kacau dan kadang tak dapat mengontrol apa yang terjadi.  Pada saat remaja banyak  hal yang terjadi pada lobe frontal.


Bertemu teman lama,  Novi- juga adik teman kuliah, Irna  yang kini  tinggal di Kendari

Sesi Tanya Jawab

 Anak adalah ujian.  Apakah semua anak ujian? bagaimana cara mendidik anak yg baik?

Jawabannya:

Manusia itu peserta ujian. Sayang tidak bisa pilih memilih soal ujian, Tak semua anak ujian. Kalau kebagian ujian seperti ini sungguh-sungguhlah mendidik anak. اَللّهُ akan memberi  selalu way out. Anak itu amanah harapan cita-cita. Dia harus cerdas spritual tabligh ruhiyyah. 

Asmaul Husna menggambarkan sifat-sifat Allah. Ia Maha menyembuhkan. Jangan hanya      belajar menghapal tetapi belajar sifat-sifatNya
- Anak-anak harus cerdas secara fisik jangan malnutrisi, cerdas sosial jangan bergelar tetapi - tidak terdidik, dapat menjawab dan berkompetensi
- Bila berbicara ibadah pada anak jangan seperti sersan mayor bertanya pada prajuritnya.     Sapa hati anak. Sentuh jiwanya.
- Ikat dan kunci dengan Qur’an. Tak boleh memaksa tetapi orang tua harus terus berjuang. Ibroh cerita Rasulullah, ada seorang anak (abu Mahdzurah) mengolok-olok azan. Rasulullah tidak marah berkata “aku ajarkan azan yang baik.” Anak yang bersuara emas itu akhirnya jadi muadzin di kota Mekkah

Al Qur'an pedoman hidup pada setiap zaman

- Apresiasi. Rasulullah melihat anak-anak bermain role playing dagang. Beliau ikut ambil bagian. Selesai membeli beliau mendoakan penjual barakallah fiikum. Anak-anak senang dan mendapat pelajaran nyata tentang penghargaan. Jadi ingat Balqiz (http://37mw.blogspot.com-/2012/12/melihat-lewat-balqiz.html) ia dibimbing bundanya dengan benda nyata bukan mainan. Piring bukan terbuat dari plastik. Ketika mengajarkan membawa piring. Ibu jempol, yang memberikan kepercayaan penuh pada anaknya bisa melakukan dengan baik.
- Selalu berdoa.

Bagaimana dengan anak yang suka menunda sholat?

Katakan tidak ada siaran tunda sholat Jum’at. Sholat wajibpun sebaiknya tepat waktu.

Hari itu acara ditutup dengan door prize dan pembagian hadiah anak-anak yang ikut lomba mewarnai. Ibu dapat Ilmu anak dapat pengalaman lomba. Mudah-mudahan Islamic  Center lekas terwujud.



Nak  (Qowi, Az, Lazua) tatap Ummi, jadi anak- sholeh anak sholeh

4 comments:

  1. thanks maaak atas sharing-nya.
    buat bekel kl aku punya anak nanti.

    doain ya maak biar segera punya keturunan :)

    ReplyDelete
  2. Sangat Bermanfaat sekali artikelnya mba makasih..
    http://pesonawisataindonesia.com/

    ReplyDelete