Saya menimang novel Labirin Rasa karangan Eka Situmorang-Sir.
Tentunya fiksi ini bukan terjemahan. Nama Eka khas Indonesia ,
ada marganya (bukan generalisir bisa saja bule bermarga Indonesia
bukan). Terbitan WahyuMedia. Cetakan pertama tahun 2013. Cukup tebal dengan
jumlah halaman 394 halaman.
Cover berwarna hijau karena memang gambar labirin tumbuhan. Di
tengah labirin ada bentuk piramida
tercantol (pilihan katanya) sebentuk
hati berwarna merah. Kontras dengan warna hijau. Warna judul novel menonjok mata. Yup harus dibaca novel berkertas semi coklat
ini.
Membuka halaman kata pengantar, khas Eka banget. Bahasanya
lugas. Kemudian menginjak halaman
pertama:
Pada Awalnya
Tak tentu arah bukan berarti tersesat
Mungkin hanya belum menemukan jalan yang tepat untuk ditapaki.
Labirin bangetkan ? Sesuai judul.
Bab pertama Eka mengenalkan tokoh
Kayla. Tokoh yang asertif, ekspresif.
Apa yang dirasakannya akan diungkapkan. Marah ya marah. Sedih ya sedih. Namun ia tidak cengeng. Lebih
lanjut Kayla digambarkan tak peduli dengan fisik. wajah, kantong tas kresek, ransel, sepatu gunung,
sepatu.
Milly dan Rosa
adalah sahabat Kayla. Milly penakut. Kayla dan Rosa
sering menggoda. Fakta penting adalah Kayla tak percaya ramalan dan tak punya
pacar. Namun diramal akan mempunyai cinta pertama yang akan menjadi suami setia
sepanjang usia. Bahagia dan kaya raya. Ramalan beruntung namun pada kenyataannya
tiga semester IPKnya nasakom, nasib satu koma.
Anti mainstream
Karena suntuk Kay disarankan temannya
berlibur ke Yogya. Dalam perjalanan kereta api ia bertemu dengan seorang cowok.
Eka sangat dalam menggambarkan perawakan cowok tersebut.
Kayla sangat berani dan langsung mengatakan ganteng pada cowok
yang bernama Ruben itu. Laki-laki itu menyukai gaya Kay yang tak jaim.
Ruben anak mami, peranakan tiongha
dan Portugis, ternyata sama dengan Kay tidak menyukai ramalan. Ada
hal lain yang membuat Ruben tambah suka dengan Kay. Ia perempuan mandiri, bisa
menentukan keputusan sendiri. Sementara Kay sendiri menyukai Ruben karena walau
ia anak mami. Ia ganteng, menarik dan pintar.
Lingkungan tinggal berpengaruh pada
Kayla walau ia punya nenek yogya yang sangat lembut, namun ia tidak.
YangKungnya meninggal tiga tahun yang
lalu. Meninggal sebuat surat
wasiat. Isinya Kay akan menemukan pacar pertama yang akan menjadi suaminya dan
merupakan pangeran fajar. Hmm apakah mungkin Ruben karena mereka sama-sama naik
fajar utama. Surat itu sama dengan ramalan ketika ia SMP.
Kenapa?
Bab ini menerangkan adanya veni pacar
putus sambung Ruben. Cewek berbanding terbalik dengan Kay. Veni membuat ego
laki-laki Ruben terpenuhi sedangkan Kay, cewek yang seolah tak butuh laki-laki disampingnya.
Dari mama mau kemana?
Karena tak mau memaksa Ruben Kayla
menenangkan diri ke Bromo ia bertemu lagi dengan seorang cowok yang bernama
Dani. Lagi-lagi Kay mengkaitan cowok dengan surat yangkung dan ramalan. Apakah Dani
adalah pangeran fajar dan bukankah Dani membawanya ke bukit Teletubbies.
Kembali di bali Kay menemukan cowok. Kali
ini Cowok bule, namanya David. Kelekatan yang dibangun dari seekor anjing
bernama Brandy. Kay bercerita blak-blakan sampai menceritakan bagaimana sikap orang tua
terhadap dirinya. Ia pergi meninggalkan Bali
saat ia yakin tak akan bisa menjaga harta paling berharga bagi seorang
perempuan.
Bagaimana cerita selanjutnya apakah
Kayla akan menemukan pangeran fajarnya? Ayo buruan ke toko buku.
Membaca novel ini pembaca seolah
dibawa mampir ke beberapa tempat terkenal di Indonesia dan juga sudah menjadi
agenda wisman. Tak hanya tokoh utama yang menghibur (paling tidak pembaca akan
mengenal beberapa karakter yang disodorkan Eka lewat tokoh pendamping), alur
yang mengalir, setting tempat yang
tidak monoton.
Saran saya untuk toko buku jangan meletakkan Labirin Rasa di genre remaja karena ada sedikit adegan yang
diperuntukkan untuk orang dewasa walau tak vulgar. Sebenarnya itu adalah sebuah petuah dari
penulis yang disampaikan lewat Patar, pariban Kayla agar tak melakukan hal itu.
No comments:
Post a Comment