7/06/2014

PILPRES 2014

Sumber gambar: 
Pil yang paling terkenal tahun ini di Indonesia  adalah Pilpres. Sebenarnya saya tidak mengerti pil ini untuk obat penyakit apa? Kok iya o, banyak orang di Sosmed malah penyakitan. Mendadak senang sekali menghujat, mem-bully,  darah tinggi,  dan saudara kata-kata itu. 

Kemaren saya ngotot memilih salah satu calon presiden/capres dan itu berseberangan dengan suami. Untung saja kita biasa berbeda dan saling menghormati. Saya sering berseloroh tidak apa-apa kita berbeda. Andai salah satu kalah rumah kita tetap dapat sembako dari pemenang. Ha ha ha salah fokus. Memangnya setelah menang, mereka akan bagi-bagi sembako.

Ketika saya melihat televisi, masing-masing layar kaca mempromokan gacoannya. Berbeda Pilpres tahun 90 an. TVRI cenderung memihak,  sedangkan  TV swasta netral. Sedangkan yang terjadi sekarang sebaliknya. 

Mengamati acara dan pembicara di TV swasta seputar Pilpres. Tiba-tiba saya ingin memilih kedua capres tersebut. Karena mereka semua mempunyai kelebihan. Daripada bingung kan. Huaa sama saja itu tidak memilih. Surat suara di diskualifikasi. Lha ngapain datang ke TPS.

Tetapi kalau melihat pendukung dan tim sukses berbicara kekurangan masing-masing capres. Semangat saya memilih jadi mlorot. Lha wong dua-duanya jelek kok ya dipilih. GOLPUT. 

Nahkan, buat apa bertengkar kalau pada akhirnya  masyarakat malah tidak ingin memilih. Repot juga. Syukurlah sekarang media memunculkan iklan untuk tidak GOLPUT dan MUI memfatwakan haram bila tidak memilih. 

Puncak dari sebuah cerita Pilpres adalah kita harus memilih. kalau rajin list saja kelebihan dan kekurangan capres dan cawapres. Jangan sampai hitung kancing atau mendengarkan suara reptil totol. Tokek...Satu Prabowo... Tokek.. Dua Jokowi... Tokek... Satu Prabowo... Dua Jokowi.

Satu hal yang sangat  penting berdoa pada Allah agar yang kita pilih benar-benar amanah, bila berbuat salah mau mendengar ketika diingatkan  dan tidak mementingkan partai yang mendukungnya saja. Kalaupun catatan di Lauh Mahfuz tidak sesuai dengan pilihan, negara Indonesia tetap terjaga. 

Jadi ingat kata-kata romantis ini. Saya tidak sempurna tetapi kau hadir menyempurnakan. Andai itu yang terjadi pada dunia politik. Oh indahnya. 







No comments:

Post a Comment