6/28/2012
CHRISTIAN TATELU: Kumpulan Efek - Efek Blog ( Lengkap )
CHRISTIAN TATELU: Kumpulan Efek - Efek Blog ( Lengkap ): Kumpulan Efek - Efek Blog ( Lengkap ) - Memang selalu ada cara untuk mempercantik penampilan blog. Setelah sebelum memposting cara memasang...
TEGUR SAPA: SENYUM
Kaka dan Abi, di Anyer menjelang 1 Muharram |
½TEGUR SAPA: SENYUM ½
Beberapa hari yang lalu banyak orang menulis tentang sombong di wall Facebook. Menurut kepalaku yang penuh keterbatasan sombong itu bila di tegur tak menyahut, tentu artinya tak sebatas itu. Ealah dalah sore tadi menegur seorang ibu, aku tak familiar dengan wajahnya, Aku mencoba tersenyum dengan muka manis semanisnya ditambah gula eh dianya manyun. Atau ia merasa tak mengenal diriku atau ia memang tak biasa memberi senyum pada orang yang menegur yang tak dikenalnya. Itu pelataran Mesjid lho. Tempat setidaknya kita merasakan keteduhan. Ingat pembicaraanku tadi pagi dengan temanku, kata anaknya kalau di jalanan dirinya itu dalam beratus diameter, ia tetap disapa orang. Mungkin diriku berbeda dengan dirinya yang super ramah. H h sadar diri.
Ingat waktu kecil di tempat kelahiranku, sepanjang jalanan sekolah hingga rumah ada saja orang yang menyapaku. Sungguh berbeda dengan tempatku sekarang aku tak bisa mengenal banyak orang. Tak semua aktifitas kegiatan di luar RT, aku bisa ikuti.
Karena kadang menyapa tak direspon mereka pikir siapa lu, Sekarang aku jadi takut menegur orang, takut tak siap mental bila aku tegur orang tersebut tak merespon. Pikiran yang salah barangkali. Sedang dalam keadaan mengendarai motor aku memilih konsentrasi pada jalan. Boro-boro memperhatikan orang.
Karena kadang menyapa tak direspon mereka pikir siapa lu, Sekarang aku jadi takut menegur orang, takut tak siap mental bila aku tegur orang tersebut tak merespon. Pikiran yang salah barangkali. Sedang dalam keadaan mengendarai motor aku memilih konsentrasi pada jalan. Boro-boro memperhatikan orang.
Dalam rumah, berapa sering kita bertegur sapa dengan keluarga atau sekadar memberi senyum pada mereka? Mahalkah sebuah senyuman itu. Sulitkah? Kalau di kantor kita mudah memberi senyum atau bertemu kenalan di jalan, kita dengan ramah menyapa. Tak pantaskah keluarga di rumah kita sapa atau beri senyuman. Sedikit saja senyum untuk keluarga apalagi banyak akan memberi energi bagi keluarga. Jadi aku heran bila seseorang menjawab tak mau tersenyum dengan keluarganya karena keluarganya tak menyenangkan baginya. Sedih dengan pikiran orang tersebut. Padahal senyum adalah amal yang paling mudah dilakukan. Keluarga adalah yang sering ia temui di rumahkan?
Hal yang sangat membuatku bahagia adalah anakku yang terkecil. Ia sering menularkan senyum pada kami dengan polahnya. Hati siapa yang tak ikut tersenyum bila anak usia balita berkata: “Aku sayang Ummi, sayang Abi, sayang Abang, sayang Kaka.” Plus senyum manisnya di pipi. Kami tak pernah mengajarkan kata-kata itu pada dirinya. J
6/22/2012
MENANAM DAN MERAWAT
Pagi adalah waktu yang paling nyaman
untuk berkebun. Tanaman kita akan berterimakasih ketika kita menyiram mereka
sebab pada hari panas mereka terpapar oleh matahari. Balasannya mereka
memberikan daun yang lebat, bunga yang indah.
Pengalaman
saya berkebun, beberapa tahun lalu saya asal menanam tak memperhatikan kondisi
tanahnya sudah padat atau tidak, sehingga tanaman tak akan bisa bernafas dengan baik dan tumbuh dengan
subur. Menyiram saja kalau saya ingat.
Kadang saya hanya memasrahkannya kepada soulmate dapur saya. Mungkin karena ia
sudah repot dengan pekerjaan dapur kalau tidak diingatkan ia tak menyiram.
Tahun lalu saya sering sakit, kemudian saya googling, saya menemukan berkebun itu bisa
menyehatkan. Saya coba ganti tanah dalam pot dengan tanah yang baru, saya beri
kompos, saya beri pupuk. Saya siram setiap hari. Ajaib mereka memberikan hadiah
pada saya. Bunga-bunga yang indah. Jangankan bunga, melihat daunnya bermunculan
saja saya sudah gembira.
Mereka memberikan
semangat pada saya agar bertumbuh. Dalam hidup rajinlah memberi pupuk pada diri dan hati. Tak hanya diri juga pada orang-orang sekitar, suami, istri, anak-anak dan yang
lainnya. Kadang saya berpikir mereka sudah mengerti saya, jadi saya tak perlu merawat
hubungan itu. Padahal pemikiran seperti itu salah. Saya merasakan itu dengan
anak-anak. Ketika saya malas membaca buku dan bertanya pada orang yang
berpengalaman. Relasi pemaksaan kehendak yang ada. Pokoknya kamu harus begini
harus begitu tanpa melihat kondisi mereka dan memperbaiki cara saya dalam
mendidik mereka. Walhasil mereka menjadi antipati pada saya. Jangankan pesan
pendidikan masuk pada mereka, yang ada mereka melawan.
Melihat
mereka tumbuh dengan riang ada rasa
syukur pada Allah atas karunia yang diberikan kepada saya. Terkadang saya tidak
mensyukuri nikmat yang diberikan pada Allah. Hanya berfokus pada masalah dan
kekurangan.
6/16/2012
Melihat
MELIHAT
“Wah kacau,” kata Lazua ketika
melihat gambar kartun perempuan yang
terbuka bagian dadanya.
Kebetulan setelah acara kartun
yang ia sukai adalah kartun tentang peri perempuan. Lazua langsung memintaku mengganti channel. Di
luar negeri berpakaian seperti itu adalah hal yang biasa. Di Indonesia mungkin mulai dianggap biasa. Namun di
rumahku hal itu tidak biasa.Walau emaknya perempuan (kadang mereka berpikir Umminya laki-laki…wah
salah doktrin) mesti mikir-mikir kalau ingin berpakaian terbuka di atas
daripada dapat komen kacau dari Lazua.
Di dunia internet aku pasang
filter agar tak ada pop up yang
aneh-aneh atau mereka tak bisa membuka baik sengaja atau tidak situs-situs yang
menjurus. Namun itu dulu sebelum anak-anak mengerti bahwa hal itu tidak pantas. Sekarang
sudah tak dipasang.
Saat mereka belum mengerti, saking parnonya aku menjelaskan ke
mereka: ”Kalau kalian sengaja atau tak sengaja membuka situs-situs XXX. Kalian
akan punya anak. Mau anak-anak punya anak. Hiii harusnya sekolah atau menikmati
saat-saat bermain harus punya anak.”
Tidak logis banget ya bicara seperti itu
dengan anak SD dan anak berumur 3 tahun (waktu itu Lazua masih 3 tahun) atau
sering mengingatkan mereka bahwa Allah itu Maha Melihat dan ada malaikat di
kiri dan kanan yang selalu siap mencatat perilaku manusia. Jadi harus malu
walau tidak ada Ummi atau orang lain. Iman memang senjata paling ampuh. Namun
iman seseorang kadang turun apalagi anak-anak yang gampang sekali dipengaruhi.
Pada anak yang paling besar
aku mengatakan meskipun komputer Ummi (kami sering bergantian memakainya) pakai
Freeze, setiap yang dilihat dan dibuka
tetap tersimpan di memori mesin pencari atau ada orang yang tahu setiap kegiatan di komputer.
Sedang komputer si tengah kadang-kadang aku lihat riwayatnya.
Apa saja yang ia buka.
Pernah aku bertanya pada
dirinya, ”Apa yang kamu lakukan kalau melihat perempuan seksi. Kadang ada iklan game
berpakaian seperti itu muncul di samping
gamenya.
“Aku tutup atau aku tak
melihatnya, “ jawab si tengah.
Kalau untuk paling kecil
karena belum bisa menulis dan membaca, aku sering yang mengetikkan di mesin
pencari. Tentu saja situs game anak-anak. Dulu saat ia belum mengerti, senang banget melihat perempuan
berpakaian seksi. Gawat. Sekarang si kecil sudah mulai mengerti tentang malu
dan bisa mengolok-ngolok kakak-kakaknya bila melihat di televisi atau di
internet.
Ada cerita lucu. Ketika mereka
ku ajak makan di luar. Ada seorang ibu, mungkin beliau sudah terbiasa di LN,
pakaiannya minim. Aku belum mengajarkan sikap bila melihat demikian. Anak-anak sibuk
sekaliii dan berisik membicarakan ibu
itu. Walhasil ibu itu salah tingkah. Harusnya aku mengajarkan kepada anak-anak
untuk ghadul bashar, menundukkan
pandangan bukannya sibuk membicarakan orang. Tetapi ada baiknya ibu itu jadi
menyadari pakaiannya.
Alhamdulillah sekarang mereka sudah
bisa saling mengingatkan. Semoga mereka pribadi yang senang mengajak pada
perbuatan baik, sehingga ketika tidak baik ada yang mengingatkan mereka dulu
diingatkan untuk berbuat baik oleh anak-anakku.
Sedihnya sekarang di situs
jejaring sosial ada yang sengaja mengupload foto-foto wah. Bagaimana mereka berpikir? Situs demikian kan tak steril dari
anak-anak. Apapun niatnya,hanya untuk bercanda atau tidak,coba pikirkan
akibatnya bagi anak-anak yang belum pantas untuk melihat. Iya kalau mereka
sudah punya filter dalam diri mereka kalau belum? Racun, bukan? Aku tak tahu
apakah mereka sudah punya anak atau tidak. Jadi tak perlu memikirkan dampaknya
kalau mengupload hal demikian. Atau mereka punya ibu, saudara perempuan, anak
perempuan, nenek atau tidak? Perbuatan seperti
itu melecehkan perempuan. Coba bayangkan kalau perempuan itu keluarganya?
Perilaku seperti itu harusnya
membuat diri mereka malu karena terlihat
oleh orang lain. Kecuali ada yang memfitnah, masuk ke dalam akun orang kemudian
memasangnya. Perbuatan orang yang
memfitnah itu lebih tak terpuji. Orang tua dan guru-guru pasti sudah menanamkan
sejak dini bahwa Allah itu Maha Melihat. Bagi orang beriman pasti menyadari
perbuatannya ada yang mengawasi. Semoga kita semua terhindar dari perbuatan
demikian.
6/10/2012
OLOK-OLOK
Ada dua orang
sahabat. Satu suka mengolok-olok sebutnya Pengolok sedangkan yang satu paling
benci diolok-olok sebut saja Belok, tetapi herannya mereka bisa jadi sahabat.
Pengolok bertemu Belok yang sedang berpakaian biru. Dari lahir ia memang sudah memakai biru, lha wong
ibunya penggemar biru.
“Hei kamu suka dengan orang biru ya?" Olok-olok Pengolok.
Besoknya Belok memakai coklat. Pengolok kembali mengolok Belok.
“Hei kamu suka dengan orang biru ya?" Olok-olok Pengolok.
Besoknya Belok memakai coklat. Pengolok kembali mengolok Belok.
"Kali ini kamu suka orang coklat
ya?"
Belok diam saja. Percuma menjelaskan kepada
Pengolok. Coklat warna lain yang ia suka. Tak heran waktu kuliah warna dominan
di lemarinya hanya 2 biru dan coklat.
Esoknya ia
berpakaian kuning, esoknya merah muda, hijau, ungu, merah, putih, oranye, hijau
toska, biru dongker, merah marun, peach/salem,
emas, perak, hitam, abu-abu, krem dan warna lainnya. Hingga satu baju ada
bermacam-macam warna.
Pengolok tak henti
mengolok Belok. Karena ia memang punya penyakit kalau tak mengolok-olok ia akan
sakit. Jadi mengolok-olok adalah obat baginya. Karena mengenal Pengolok
luar dalam, Belok diam saja daripada sahabatnya itu sakit.
Suatu ketika Belok
sedang sensitif. Ia bertemu dengan Pengolok tak memakai baju agar tidak
olok-olok.
Namun yang terjadi
adalah Pengolok tetap mengolok-ngolok Belok. Tanpa bicara Belok mengeluarkan lakban
yang telah ia siapkan dari rumah tak tanggung-tanggung satu kantong plastik.
Kebetulan Pengolok lebih kecil badannya dari Belok. Dengan mudah ia menempelkan
lakban keseluruh tubuh Pengolok, persis mumi.
Sekarang Belok
tertawa habis-habisan melihat mata pengolok yang bergerak-gerak dan memancarkan
marah. Tangan dan mulutnya tak bisa bergerak. Pengolok berhasil membuat dirinya
marah namun sekaligus pengolok juga
marah. Impas.
Ya… dalam kehidupan
sehari-hari olok-olok orang lain bila didengarkan ada hal yang benar sebagai perbaikan diri. Hati-hati bila pengolok tak berhenti mengolok. Pilah saja kalau
memang benar dengarkan kalau tidak ya sudahlah tetap Sabar, Senyum dan Ikhlas . Daripada
telanjang tak memakai baju lebih baik memakai bajukan?
6/09/2012
SOPAN
SOPAN
Pulang membeli majalah Ummi aku lewat jalan Asem. Kemudian melewati gang tanpa nama yang hanya bisa dilewati oleh satu motor saja. Dari arah berlawanan ada 2 anak bersepeda. Aku menunggu mereka lewat.
“Permisi bu, terimakasih,” anak yang di depan berkata dengan sopan.
“Permisi bu, terimakasih,” anak yang di depan berkata dengan sopan.
Kemudian anak berikutnya. “Permisi bu, terimakasih,” ucapnya tulus.
Hatiku serasa mendapat durian runtuh. Otakku langsung memuji orangtuanya dan gurunya atau siapa saja yang membuat anak-anak itu sopan. Alhamdulillah. Masih ada anak-anak baik. Insya Allah menular kepada temannya. Teman bagi anak adalah model yang cepat sekali menularkan perkataan baik atau buruk. Walau anak kecil ia tetap punya hati yang kuat. Ia bisa menulari teman-temannya hal-hal yang baik.
Tetapi ada hal yang bertolak belakang ketika aku berpapasan dengan mobil di jalan yang lebih besar. Aku ingat beberapa kali mobil yang berpapasan mengambil jalanku. Aku harus berhenti karena daripada membahayakan nyawaku, anak-anakku masih kecil. Memang umur sudah ditentukan Allah. Alangkah lebih baik berhati-hati dan waspada, kan? Kadang tak henti berdoa dan meyakinkan diri Allah Maha kuat, Ia Maha penolong, ia Maha Melindungi. Apakah Allah itu kalah kuat dengan manusia berperangai berkendaraan seperti saya sebutkan. Saya juga lebih berhati-hati dan mengkoreksi diri barangkali saya dalam berkendaraan tidak disiplin.
6/02/2012
CARA BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK
CARA BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK
Jum'at sore kemaren saya duduk melihat film yang di putar oleh Ibu Astitoro, beliau dari LEAP (Love & enjoy Amazing Parenting). Kemudian beliau menjelaskan tentang Komunikasi orang tua dengan anak.
Komunikasi adalah ilmu dan seni. Ilmu komunikasi ibarat peluru sedangkan seni komunikasi adalah senjata. Seni komunikasi pada anak adalah cara menyampaikan pesan kepada anak.
Kadang sebagai orang tua karena kesibukan atau tak bisa mengendalikan marah. Dengan mudah mengambil jalan pintas membentak mereka agar maksud orang tua sampai dengan anak. Ibu Asti bercerita ada seorang peneliti saraf sambil menyusui anaknya di dalam lab, kabel-kabel ditempel di kepala. Ketika menyusui terlihat gambar saraf yang tumbuh. Bayi tersebut tak sengaja menendang dan kabel ada yang lepas. Peneliti tersebut tanpa sadar membentak. Rekaman aktifitas otak bayi berubah, ada sel-sel yang mati.
Nabi Musa saja ketika menghadap Firaun ia berkomunikasi dengan lemah lembut (At Thâhâ: 44). Anak kita bukan Firaun.Siapa lagi yang menyayangi dengan segala kekurangannya, kalau bukan kita.
Petuah Ibu Asti jadikan anak kita calon pemimpin bukan calon loser. Bicara pada calon Loser semua orang bisa. Pada calon Pemimpin kita perlu konsep pola asuh yang baik dan benar. Andai semua orang berpikir seperti itu dan saling mengingatkan. Beliau mengutip dari ibu Elly Risman, Dasar-dasar Parenting yaitu komunikasi, konsep diri, disiplin diri , tanggung jawab dan repetisi.Hal-hal yang perlu dihindari dalam berkomunikasi dengan anak dan sebaiknya yang dilakukan:
- Menasehati > diberitahu
- Menipu> jujur
- Menggurui>dengarkan
- Menghakimi> sebab akibat
- Mengabaikan>memperhatikan
- Mengancam>visioner
- Memojokkan>menerima apa adanya
- Membandingkan>sejajarkan
- Meremehkan>hargai
Hal yang penting dalam berkomunikasi dengan anak adalah pesan yang ditangkap oleh anak. Sediakan 2 telinga dan 1 mulut untuk mereka.
Menurut saya ini artikel yang bagus alamat web
TEKNIK KOMUNIKASI DENGAN ANAK
by nenglita — Wednesday, March 16th, 2011 at 8:04 am
in Behavior & Development, Event and tagged with Elly Risman, Supermoms-Id
Sebelum menikah, saya pernah bekerjasama dengan ibu Elly Risman sebagai Board of Consultant untuk program televisi anak-anak pada channel tv kami. Saat pertama bertemu beliau, saya yang sedang hamil kerap dibuat berkaca-kaca mendengar omongan beliau tentang anak-anak (ehm, selain hormon, emang juga cengeng :D
Setelah melahirkan dan Langit mulai beranjak besar, banyak sekali omongan-omongan ibu Elly yang saya ingat. Contoh kecil, “Sudahkah kamu memeluk anakmu hari ini?” atau, “Namakan hal yang sedang dirasakan anak, seperti senang, sedih, kesal, dan seterusnya”. Dan Alhamdulillah,saya praktikkan hingga saat ini.
Sabtu 26 Februari lalu, supermoms-idmenyelenggarakan sesi 1 dari rangkaian acara Seminar pengasuhan Anak bersama ibu Elly Risman. Materinya saat itu adalah Komunikasi Pengasuhan Anak. Mungkin banyak yang mikir ya, “ah masa masalah komunikasi dibikin seminar sendiri. Masih kecil gitu loh, anak gue..” atau “masa ngomong aja mesti diatur sih?”. Tapi begitu dijembreng sama ibu Elly masalah komunikasi dengan anak ini, langsung banyak mommies (dan para ayah) peserta seminar yang ‘tertampar’. Apa saja sih, ini kita catat poin-poinnya:
- Berbicara dengan terburu-buru, bahkan melakukan segala sesuatu dengan terburu-buru. Banyak mommies (dan ayah) yang berangkat kerja terburu-buru sehingga kalaupun berkomunikasi dengan anak pasti hanya menyuruh dan menyuruh. Kalau yang saya pelajari di ilmu komunikasi sih, yang namanya komunikasi itu dua arah bukan? *plak, tertampar sendiri*
- Tidak mengenal diri sendiri. Saya mencoba menjabarkan tentang diri saya sendiri, ternyata lebih mudah untuk mencari kekurangan ya daripada kelebihan (apa karena nggak punya kelebihan, hihihi). Ini karena sedari kecil kita dibiasakan melihat atau mendengar yang jelek-jelek, misalnya “Kamu nakal sekali”, “Aduh, bawel banget”, “Anak perempuan kok males”, dst dsb dkk.. Dengan mengenali diri sendiri maka rasa percaya diri akan meningkat, jangan lupa kenali anak dan pasangan juga, dari situlah komunikasi akan terbuka.
- Setiap pribadi itu unik dan berbeda. Ini penting banget, kita kalau dibandingkan sama teman kantor atau ipar pasti sebel kan? Nah, begitu juga anak loh! Jangka panjangnya, anak akan menjadi krisis identitas (atau malah over kompetitif) karena dibanding-bandingkan terus yang membuatnya tidak bisa mengenali dirinya sendiri sejak kecil.
- Bedakan antara keinginan dan kebutuhan. Yah, yang ini mirip-mirip sama kalau mommies naksir tas atau sepatu kali ya, hihihi… Ini mah kasus saya sendiri deh, setiap malam itu pasti kaya orang berantem kalau nidurin Langit. Saya ingin Langit untuk tidur cepat karena besoknya ada acara keluarga, sementara Langit ya butuh main-main dan main karena memang anak-anak butuh main.
- Baca bahasa tubuh anak. Kalau anak lagi lari-lari terus jatuh, yang umum sih suka kelepasan ya ngomong “tuh kan, ibu bilang apa? Makanya jangan lari-larian!” Padahal bahasa tubuh anak sudah menunjukkan bahwa ia kesakitan, butuh dipeluk ditenangkan ya, bukan dimarahi :) Bahasa tubuh seseorang (bahkan kita juga) nggak akan bisa bohong. Karena bahasa tubuh itu terbentuk dari perasaan seseorang terhadap sesuatu. Kata ibu Elly, baca bahasa tubuh anak dulu, maka kamu bisa memahami/mendengarkan perasaannya.
- Ada 12 gaya bahasa popular turun temurun yang kerap dilontarkan orangtua pada anaknya, baik sengaja maupun tidak sengaja. Dibawah ini ceritanya situasi anak lagi lari-larian terus jatuh. Nah, yuk kita contreng mana saja yang mommies lakukan ya, hehehe…
- Memerintah, “Jangan lari-larian dong!”
- Menyalahkan, “Tuh kan jatuh, lagian nggak bisa diem banget sih”
- Meremehkan, “Masa gitu saja nangis?”
- Membandingkan, “Tuh lihat si A nggak nangis loh!”
- Mencap/ memberikan label, “Kamu nakal sih”
- Mengancam, “Nangisnya sudah dong, nanti ibu panggilin dokter nih biar disuntik”
- Menasehati, “Makanya omongan orangtua itu didengerin”
- Membohongi, “Sipakein obat ini nggak sakit kok”
- Menghibur, “Nggak apa-apa kok, besok juga sembuh lukanya”
- Mengkritik, “Kamu pake sendalnya yang itu sih, kan licin pantesan saja jatuh”
- Menyindir, “Ini akibatnya kalo nggak dengerin orangtua, kualat kan”
- Menganalisa, “Gimana nanti kalo udah gede coba, pasti susah dibilangin”
- Bedakan masalah siapa. Misalnya, anak menelpon kerumah karena PR-nya ketinggalan. Apakah mommies mengantarkan PR atau tidak? Pahami ini masalah siapa, kenapa anak bisa ketinggalan buku PR-nya? Jika kita mengantarkan bukunya, sama saja kita tidak mengajarkan tanggungjawab karena PR kan berarti tanggungjawab anak, bukan kita. Bukan berarti jahat loh moms, tapi anak harus belajar mandiri dan bisa mengambil keputusan sendiri, karena kita tidak akan hidup selamanya untuk mendampingi anak.
- Sampaikan pesan SAYA, bukan KAMU. Misalnya anak nggak mau makan, biasanya yang akan terucap adalah, “kamu makan dong, nanti sakit, laper, blablabla…” kita ubah jadi gini saja moms, “Ibu sedih/kesal/sebel deh, kalau kamu nggak makan”. Dengan perubahan susunan kalimat ini, anak tidak merasa disalahkan atas kelakuannya, tapi akan tau bahwa tindakan nggak mau makannya ini membuat si ibu sedih/kesal/sebal.
- Dengarkan anak secara aktif. Ingat tulisan Hanzky tentang have you been listening with your eyes? Beruntung saya punya ibu yang mau mendengarkan saya, makanya ibu bagi saya juga sekaligus seorang teman curhat. Mudah-mudahan saya bisa seperti itu sampai nanti Langit dewasa.
Nah kan, siapa bilang ngomong itu gampang? Yuk kita ubah pelan-pelan demi kebaikan si kecil. Bagi saya pribadi, catatan ini pengennya sih, nggak hanya saya terapkan untuk anak, semoga bisa diterapkan untuk sehari-hari. Sampai jumpa di Seminar Pengasuhan Anak sesi berikutnya dengan tema Mendidik Anak Dengan Cinta dan Logika ya, moms!
☺☺☺
Semoga bermanfaat. Tak ada yang kata terlambat dalam bertumbuh dan tak ada manusia yang sempurna. 37Mw
Subscribe to:
Posts (Atom)