11/06/2012

QOWI, HARAPAN YANG KUAT- AZRA, PENOLONG YANG CERDAS


Entah mengapa kalau bicara soal anak. Ada srrr di dalam dada dan berjalan di mata menjadi bulir bening.  Kadang haru,  kadang sesal dan kesal bercampur jadi satu, kadang sebuah harapan.
Terbayang para perempuan yang belum siap mempunyai anak. Banyak perempuan Indonesia, masih muda harus menimang. Tanpa persiapan dan pengetahuan memadai mereka harus membesarkan sang buah hati. Saya saja usia 29 tahun baru menimang sang permata hati harus banyak membaca dan belajar lewat apa saja.  Siap tidak siap kalau ingin diamanahi Allah harus siap.
Saya mempersiapkan nama anak semenjak menikah. Nama Qowiyya tak sengaja saya temukan dalam kamus bahasa Arab artinya kuat. Wiwi adalah nama panggilan saya dan Ya adalah nama tengah suami.  Saya berharap ia menjadi anak yang  kuat harapan,  pikiran, akal, badan, semangat, ibadah dan keimanannya.
Nama itu tersimpan cukup lama karena pemilik nama lima tahun kemudian baru muncul. Selama penantian itu saya dan suami sabar dan terus berusaha agar Allah memberi kepercayaan pada kami. Usaha kami antara lain ke dokter dan diberi obat penyubur. Bila tidak hamil juga, maka akan tiup  rahim (HSG). Tak sampai dengan metoda itu dilakukan, alat tes hamil menunjukkan positif. Kebahagian yang sulit dicari bandingannya.
Hamil pertama harus dilalui dengan tragis. Janin tidak berkembang dengan sempurna. Keguguran. Selang enam bulan kemudian hamil ke dua. Walau dilalui enam bulan di tempat tidur dan harus berhenti kerja, dijalani dengan tabah. Suami menemani dengan senang hati. Memenuhi keinganan ngidam yang aneh-aneh, gudeg, mpek-mpek (waktu itu sulit sekali dicari), sate padang, buah gandaria (untung dapat kiriman dari Kalimantan). Kamu itu anak nusantara ya nak. Hampir makanan semua daerah ingin dimakan.
Ada pengalaman yang menggelikan ketika Ibu saya hanya seminggu menemani Beliau pulang ke Kalimantan Selatan.   Tergagap memandikan.  Sambil memandikan dirinya  yang mungil karena berat badan hanya 2,4 kg saya melihat buku  step by step lengkap dengan foto.  Menyabuni di tempat tidurnya kemudian membilas di baskom bayi. Tiga bulan umurnya,  baru tahu cara memegang  ketika dalam baskom, salah. Harusnya yang dipegang ketiak dan leher bukan lehernya saja. Ya ampun untung tidak kenapa-kenapa, tidak tercebur.
Baskomnya  itu sampai sekarang masih ada, umurnya lebih tua dari pada Qowi, lebih dari 13 tahun. Awet. Ia membantu  memandikan adik-adik Qowi . Belajar dari baskom semoga Qowi mau menjadi kakak yang baik bagi adik-adik. Membasuh  adik-adik bila salah dengan perkataan bijak. Jadi teladan dan tempat bergantung bagi adik-adik bila lemah.
Hamil Azra, anak kedua, lebih parah, lebih banyak di tempat tidur. Kebanyakan gerak  bisa plek. Ketika lahir suami tidak ada di samping. Kondisi flu berat. Sementara Azra karena lewat 10 hari dari prediksi lahir, ia sudah mulai meminum air ketuban. Azra masuk inkubator karena itu dan detak jantungnya lebih cepat.
Hingga dua tahun. Rasanya waktu berjalan lamban. Azra sering sakit. Setiap bulan ada beberapa kali ke dokter. Pernah ia disarankan dokter untuk EEG karena saat kejang tidak panas. Alhamdulillah hasilnya tidak menyedihkan.
Melakukan EEG di RSCM, bertemu dengan anak-anak yang bermacam-macam sakitnya. Ada anak yang kalau makan lewat hidung. Ibunya sudah terbiasa dengan santainya menggunakan injeksi ukuran besar memasukan cairan lewat hidung.
Ketika kemudian Azra tak bisa berjalan hingga 2,5 tahun dan baru bisa bicara lebih dari 3 tahun. Saya menjalani semua dengan berdoa. Saya melihat masih banyak para ibu yang harus merawat anaknya super ekstra sabar.
Kalau kemudian Azra tumbuh seperti anak biasa dan lulus test masuk kelas 1 madrasah saat berumur 5 tahun enam bulan (saat itu belum ada peraturan umur 7 tahun masuk SD), adalah keajaiban. Karena hari-hari kemaren, airmata selalu berharap kering bila melihat Azra Keysa. Dalam namanya ada doa Ia menjadi penolong yang cerdas. Maksudnya agar ia memberi kail bagi orang lain.




No comments:

Post a Comment