Sudah jutaan orang berharap Israel menghentikan invasinya pada Palestina. Baik dari bangsa Israel sendiri maupun beratus bangsa lain. Berpuluh tahun. Ini masalah sangat serius. Ini bukan masalah menang dan kalah. Bukan masalah harga diri kalau seandainya menghentikan serangan dan hidup damai berdampingan. Ini masalah kemanusiaan.
Pertengahan November 2012 Gaza kembali bergolak. Coba simak di web ini. Anak-anak dan kaum Ibu terkena dampak. Apakah orang Israel yang menyerang itu tak punya anak-anak? Tak punya Ibu? Mereka terlahir dari siapa? Tak pernahkah mereka menjadi anak-anak? Tak pernah mereka merasa seandainya posisinya dibalik. Mereka yang merasakan semuanya. Mengapa mereka tak mau menghentikan? Motivasi apa sehingga tidak bisa menghentikan diri untuk menginvansi?
Saya tahu orang Israel sangat cerdas tetapi mengapa tak digunakan dengan baik pada masalah Gaza. Berapa Emotional Quotient mereka sebenarnya. Menurut yang saya baca dari Wikipedia terdapat lima bagian kecerdasan emosional seseorang menurut Howard Gardner (1983)
- Mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri
- Memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain
- Mampu merespon
- Mampu bernegosiasi dengan orang lain secara emosional
- Menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri
Dari parameter tersebut diatas berapa ya EQnya Israel. Saya tak punya kemampuan untuk menghitung. Tentu akan ada orang mau dan mampu mengukurnya.
Semua orang punya masalah. semua negara punya masalah. Haruskah menyelesaikan masalah itu menyerang negara lain? Mengetuk hati PM Israel Benjamin Netanyahu yang tak mau menghentikan agresi militernya (baca Republika).
No comments:
Post a Comment