Day 5. Kopi. Baru kali ini aku
menulis sambil naik pesawat. Biasanya baca, bengong atau ngorok kecil. Ini
karena #10dayforASEAN bela-belain aktivitas favorit bye bye. Saking ingin menulis belum take off
sudah mulai mengetik.
“Maaf Ibu, aktivitas mengetiknya
boleh dilakukan setelah take off.”
Ketika lepi aku letakkan di lantai tak diperkenankan, bolehnya di kursi
dan dipangkuan Kebetulan aku pindah duduk dekat pintu darurat (Letak kursi
didesain berjauhan dengan kursi depan. Enak untuk selonjoran). Kemudian
pramugari Citilink itu bertanya padaku bersediakah bila terjadi sesuatu aku
membuka pintu darurat. Oh ternyata harus dilisankan bersedia membuka pintu
darurat. Naudzubillah min zalik terjadi sesuatu. Aku serahkan hidup kami pada
Mu ya Allah.
Kembali ke masalah kopi. Apa hubungannya ASEAN
dengan kopi? Pertanyaan hari ke 5 ini kalau Indonesia
dan Vietnam
sama-sama jualan kopi. Berantem gak? Eh tidak seperti itu, tepatnya: Sekarang ini, minum kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Hampir
di seluruh penjuru kota , tidak hanya di Indonesia
tetapi juga ASEAN, banyak tersebar gerai kopi. Di dunia, negara penghasil kopi
terbesar adalah pertama: Brazil ,
kedua: Vietnam dan
ketiga adalah Indonesia .
Kedua negara terakhir adalah anggota ASEAN. Menuju Komunitas ASEAN 2015 ini,
mampukah Vietnam dan Indonesia
merebut pangsa pasar kopi dunia? Bisakah kedua negara tersebut menjadi partner
produksi kopi, bukan menjadi rival atau saling bersaing.
Kopi Sumatera Foto diambil dari http://klik77.blogspot.com/2013/02/7-kopi-asli-indonesia-yang-mendunia.html |
Bicara tentang kopi, Aku pernah
ke kawasan Blok M... Hari ini tujuanku membeli kripik Sanjay. Sayang dekat
parkiran sudah tidak terlihat orang berjualan. Aku coba tanya pada tukang
parkir. Mereka tidak tahu. Padahal biasanya kangPark ini paling tahu daerah jajahannya.
Masuk ke lantai dasarnya juga tidak tahu. Orang jual rengginang udang juga
tidak ada. Aku tak lelah bertanya.
Akhirnya perburuanku sampai pada
pertokoan kecil di tengah kawasan café Jepang. Toko ini lucu. Dalam toko ini
ada banyak toko kecil khas pasar tradisional.
Wow unik kawasan yang serba modern tiba-tiba satu pojokan tuiing ada pemandangan seperti itu.
Pasti sering difoto ni pasar sama orang-orang asing.
Karena Sanjay tidak akhirnya aku
membeli kue kering yang ada ditoples toples besar. Beberapa bule berseleweran
dan ada juga wajah orang Asia . Aroma kopi
menggelitik hidungku. “Maaangi,” kata adik (kayak orang betawi saja adik bilang
wangi mangi).
Kopi itu masih dalam bentuk
bijian. Pembeli memilih kopi. Jujur aku tak memperhatikan nama-nama kopi.
Sekilas hanya kopi Robusta saja yang tercetak di mataku. Ada dua pedagang berseberangan. Aku langsung
kepikiran Nah cerita ini bisa dianalogkan dengan Vietnam
dan Indonesia .
Coba mereka sama-sama berdagang namun tak terlihat wajah permusuhan. Mereka
percaya kalau sudah rejeki tak akan lari kemana, yang penting buat jual kopi
dengan kualitas nomor wahid.
Pembeli tinggal memilih. Bersaing
dengan sehat. Dalam skala antar negara bagaimana? Menurutku sama. Fair saja.
Bila pesaing lebih baik kualitas kopinya. Mengapa tidak dicari solusi agar
punya kopi paling tidak sama dengan mereka. Syukur-syukur lebih bagus
.
Vietnamese iced coffeeFoto diambil dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Vietnamese_iced_coffee |
Dalam ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
ada aturan.
Jadi tak mungkin gontok-gontokan karena
hanya jualan kopi. Tinggal buka pasar saja. Kalau tak dijual di Negara A bisa
di Negara B.
Pada komunitas ini ada ASEAN Ministerial Meeting On
Agriculture and Forestry (AMMAF), Kerjasama di bidang pertanian sudah sejak
tahun 1968 dilakukan oleh para anggota ASEAN, berkerjasama dalam produksi
pangan dan pasokan. Pada tahun 1977 diperluas kerjasama ditambah pada bidang
kehutanan. meliputi ketahanan pangan, penanganan makanan, tanaman, peternakan,
perikanan, pelatihan dan penyuluhan pertanian, koperasi pertanian, kehutanan,
dan kerjasama di bidang pertanian dan hasil hutan skema promosi.
Ada 7 bidang prioritas yang dibahas
para Menteri pada KTT ASEAN ke empat tahun 1992 untuk memperkuat kerjasama regional dalam
bidang pengembangan, produksi, dan promosi produk pertanian
- Memperkuat ketahanan pangan di daerah;
- Fasilitasi dan promosi intra - dan ekstra - ASEAN perdagangan produk pertanian dan kehutanan ;
- Generasi dan transfer teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan mengembangkan agribisnis dan silvo - usaha;
- Masyarakat pedesaan pertanian dan pengembangan sumber daya manusia ;
- Keterlibatan sektor swasta dan investasi ;
- Pengelolaan dan konservasi sumber daya alam untuk pembangunan berkelanjutan;
- Memperkuat kerjasama ASEAN dan pendekatan bersama dalam menangani isu-isu internasional dan regional
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba http://aseanblogger.com/lomba-blog-10daysforase-an
No comments:
Post a Comment